Dalam pertemuan di Kremlin yang disiarkan televisi, kepala Dinas Keamanan Federal Rusia, Alexander Bortnikov, memberitahu Presiden Rusia Vladimir Putin, penyelidikannya telah menyimpulkan pesawat itu dihancurkan oleh "bahan peledak asing."
Tampak terkejut dengan temuan tersebut, Putin berjanji, keadilan harus diterapkan dan menyatakan pelakunya akan diburu ke mana pun mereka bersembunyi. "Kami akan mencari mereka ke setiap tempat di bumi dan menghukum mereka," kata pemimpin Rusia itu.
Cara Putin berbicara keras seperti itu sudah kerap terdengar di telinga warga Rusia yang hidup dalam ketakutan selama bertahun-tahun.
Boris Vishnevsky adalah seorang wakil partai Liberal Yabloko di St. Petersburg, kota asal sebagian besar korban tragedi Metrojet itu. Ia mencatat bahwa Putin mengutarakan seruan balas sendam serupa pada tahun 1999.
Saat itu, serangkaian pemboman larut malam misterius terhadap gedung apartemen di Moskow dan kota-kota lain menewaskan dan melukai ratusan orang.
Putin, yang waktu itu baru diangkat menjadi perdana menteri baru di bawah Presiden Boris Yeltsin, menuduh pejuang gerilya Chechnya atas serangan-serangan itu.
"Kami akan mengejar teroris di manapun," kata Putin pada waktu itu. "Jika kami menemukan mereka di toilet, maaf, kami akan membunuh mereka di kakus."
Cara bicaranya yang berani itu mencuatkan karir politik Putin dan menyulut perang kedua melawan etnis Chechen.
Vishnevsky berpendapat, keengganan Putin untuk mengakui kecelakaan Metrojet itu akibat aksi teror, didasari oleh politik. Putin enggan mengakui bahwa operasi militernya di Suriah sudah kacau dan justru rakyat Rusia yang menanggung akibatnya.
"Untuk langsung mengakui bahwa itu serangan teroris berarti memberi landasan untuk pertanyaan, apakah ini balas dendam atas serangan udara Rusia terhadap ISIS di Suriah? Sekarang ini, Kremlin punya pesan berbeda: kita semua menanggung bersama," katanya.
Presiden Putin telah menyerukan agar Rusia dan dunia Barat mengatasi perbedaan mereka dalam isu Ukraina dan Suriah, dan bergabung dalam koalisi besar untuk mengalahkan kelompok Negara Islam. Rusia telah memperluas serangannya terhadap kubu-kubu ISIS di Suriah dan berkoordinasi dengan operasi militer Perancis di wilayah itu.
Setelah serangan teroris 11 September di Amerika 14 tahun lalu, Putin cepat menyampaikan belasungkawa dan saat itu juga menyerukan agar Rusia dan Barat mengatasi perbedaan mereka untuk memerangi teroris. [ps/th]