Seorang pejabat tinggi militer AS pada Jumat (14/7) mendukung komitmen Jepang untuk menggandakan pengeluaran pertahanannya selama lima tahun ke depan. Ia mengatakan, upaya Tokyo untuk membangun militer yang lebih kuat penting untuk menghadapi ancaman yang meningkat dari Korea Utara dan China.
Ketua Gabungan Kepala-kepala Staf AS Jenderal Mark Milley menyebutkan bahwa kebutuhan Jepang untuk meningkatkan pertahanan rudal jelajah, sistem rudal peringatan dini, dan kemampuan udara, akan membantu Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman Korea Utara terkait program rudal nuklirnya yang mampu menarget dengan tepat daratan AS, dan agresi China yang meningkat terhadap Taiwan, pulau demokratis yang diklaim Beijing sebagai miliknya.
China telah “berinvestasi sangat besar dalam militer mereka, dan berambisi menjadi kekuatan regional dalam 10 hingga 15 tahun ke depan,” kata Milley.
“Ambisi itu bisa mengguncang kestabilan dan sangat berbahaya. Saya kira Jepang yang kuat, Jepang yang mampu secara militer, serta Jepang yang memiliki aliansi dekat dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain, akan sangat membantu untuk mencegah perang,” kata Milley.
Pernyataan Milley, yang disampaikan kepada wartawan di kediaman duta besar AS di Tokyo, memberikan analisis eksplisit militer AS tentang situasi keamanan yang semakin tidak stabil di Asia Timur Laut.
Dengan lebih dari 80.000 tentara AS di Jepang dan Korea Selatan, dan meningkatnya pergerakan militer oleh Korea Utara dan China, kemungkinan terjadinya perang di wilayah tersebut semakin mengkhawatirkan. Washington ingin sekutunya, terutama di Tokyo dan Seoul, berbuat lebih banyak.
Anggaran Jepang untuk tahun fiskal yang akan datang memberikan rekor pembelanjaan pertahanan sebesar 6,8 triliun yen ($50 miliar), naik 20% dari tahun sebelumnya. Itu termasuk 211,3 miliar yen ($1,55 miliar) untuk pengerahan rudal jelajah jarak jauh Tomahawk buatan AS yang dapat diluncurkan dari kapal perang dan dapat mencapai target hingga 1.600 kilometer jauhnya.
Anggaran pertahanan yang besar dan kuat itu adalah cicilan pertama dari rencana pengeluaran militer lima tahun senilai 43 triliun yen ($315 miliar) sebagai bagian dari Strategi Keamanan Nasional Jepang yang baru, yang diumumkan pada bulan Desember lalu. [ab/uh]
Forum