Tautan-tautan Akses

Pejabat WHO: Israel Terus ’Hambat’ Akses Kemanusiaan ke Gaza


Seorang perempuan Palestina yang kehilangan anggota keluarganya akibat serangan Israel bereaksi ketika melihat jenazah kerabatnya di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, pada 3 November 2024. (Foto:
Seorang perempuan Palestina yang kehilangan anggota keluarganya akibat serangan Israel bereaksi ketika melihat jenazah kerabatnya di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, pada 3 November 2024. (Foto:

Utusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Gaza dan Tepi Barat pada Senin (4/11) mengatakan akses kemanusiaan ke Gaza terus “dibatalkan atau dihambat.”

Utusan WHO, Dr. Rik Peeperkorn, yang baru kembali dari misi lainnya ke Gaza utara dan mengatakan ia berpartisipasi dalam empat misi – dua di antaranya ke fasilitas kesehatan di Kota Gaza – memberi pengarahan kepada para wartawan secara virtual di New York.

Ia mengatakan lebih banyak lagi yang perlu dilakukan dan memperingatkan bahwa beberapa rumah sakit tidak akan lagi berfungsi jika bantuan tidak segera tiba. Misi pimpinan WHO mengirimkan bahan bakar, pasokan medis, darah, serta makanan dan air untuk para pasien dan staf kesehatan “jika kami difasilitasi,” kata Peeperkorn.

“Saya hanya ingin menekankan betapa dramatisnya situasi di bagian utara Gaza, setidaknya, sekarang ini. Ada tiga rumah sakit di sana, Kamal Adwan, al-Awda, dan rumah sakit Indonesia. Rumah sakit Indonesia tidak berfungsi lagi. Kamal Adwan dan al-Awda berfungsi minimal. Al-Awda mungkin akan berfungsi jika, WHO merencanakan misi lain akhir minggu ini. Jika kami tidak diizinkan, tidak difasilitasi, rumah sakit itu akan segera berhenti beroperasi juga,” katanya kepada wartawan.

Peeperkorn menambahkan bahwa dari begitu banyak misi yang diupayakan, hanya tujuh yang diizinkan selama Oktober. Sementara yang lainnya ditolak, dihambat tanpa penjelasan, ujarnya. Selain itu, fasilitas medis juga terus menjadi sasaran.

“Tidak lama setelah misi WHO meninggalkan Kamal Adwan, dan Anda pasti sudah mendengar hal ini juga, terdapat laporan bahwa fasilitas tersebut, lantai tiganya, dihantam kembali, [dan] melukai enam anak-anak, atau pasien di sana dan seorang anak mengalami luka kritis,” lanjutnya.

Pengeboman dan kurangnya akses juga semakin menghambat kampanye vaksinasi polio gabungan yang digalakkan oleh UNICEF dan WHO, katanya.

Kedua organisasi itu meluncurkan kampanye tersebut setelah seorang bocah lelaki berusia 10 bulan tercatat menjadi kasus pertama polio yang dikonfirmasi di wilayah Gaza pada awal tahun ini.

Peeperkorn juga menambahkan bahwa meskipun tim-tim itu mencapai keberhasilan vaksinasi, mereka masih belum mencapai target yang ditetapkan.

“Jadi, target untuk bagian utara adalah 190.000 anak, dan setelah dua hari pertama, kami telah memvaksinasi lebih dari 90.000, hampir 94.500 anak-anak berusia di bawah 10, yang merupakan hampir 80%, persisnya 79% dari target. Dan 75.000 anak mendapat vitamin A. Jadi, ini lebih tinggi dari kampanye putaran pertama, setidaknya untuk Kota Gaza, karena semua ini, sekali lagi, para pengungsi internal yang berasal dari wilayah utara,” lanjutnya.

Kampanye dalam skala kecil untuk memberikan dosis kedua vaksin polio dimulai pada hari Sabtu di beberapa bagian Gaza utara. Kampanye itu telah ditunda sejak dari 23 Oktober lalu karena kurangnya akses, serangan bom Israel dan perintah evakuasi massal, serta kurangnya jaminan bagi jeda kemanusiaan, kata pernyataan PBB.

Pemberian dosis pertama dilakukan pada September lalu di seluruh Jalur Gaza, termasuk di bagian utara. [uh/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG