Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi memulai lawatan ke China hari Rabu (10/6), dengan tujuan memperkuat hubungan diplomatik yang telah teruji, sebagai hasil dari reformasi demokrasi negaranya.
Partai Komunis China, sekutu utama bekas junta militer Burma, menjamu ikon demokrasi Myanmar itu, yang membawa sebuah delegasi dari “Liga Nasional bagi Demokrasi” atau NLD yang dipimpinnya. Pejabat NLD menduga Aung San Suu Kyi akan bertemu dengan para pemimpin tinggi China,termasuk Presiden Xi Jinping dan PM Li Keqiang, dalam kunjungan perdana lima hari itu. Juru bicara kementerian luar negeri China, Hong Lei, pekan ini, mengkonfirmasi bahwa pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu akan bertemu dengan "para pemimpin negara dan partai."
Hubungan antara Myanmar dan China telah mengalami tantangan sejak militer negara Asia Tenggara itu menyerahkan kekuasaan kepada sebuah pemerintahan sipil pada tahun 2010 dan memulai reformasi.
Kunjungan tersebut memberi para pemimpin Beijing peluang untuk mengenal Suu Kyi pada saat sekarang ketika Myanmar telah bergeser ke arah negara-negara Barat, Jepang, dan negara lain yang mungkin akan menjadi penanam modal.
Para pemrotes Myanmar telah menghentikan pembangunan bendungan yang didukung China karena keprihatinan lingkungan, dan China kecewa mengenai pertempuran antara militer Myanmar dan pemberontak dekat perbatasan.
Kunjungan pertama Suu Kyi ke China merupakan pertemuan antara Partai Komunis China dan partai oposisinya Liga Nasonal untuk Demokrasi, yang diperkirakan akan meraih perolehan suara yang kuat dalam pemilu tahun ini.
Lawatan Su Kyi ke China akan berlangsung selama 5 hari sampai hari Minggu (14/6).
