Sejumlah pekerja migran Myanmar di Thailand melakukan aksi protes di depan kedutaan mereka pada Senin (1/2). Mereka mengangkat poster-poster bergambar pemimpin Aung San Suu Kyi yang ditahan dalam kudeta militer.
Angkatan Darat Myanmar mengambil alih kekuasaan pada Senin (1/2). Mereka menahan Suu Kyi, mengumumkan keadaan darurat dan menyerahkan kekuasaan kepada panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing.
Mengenakan baju merah warna khas Liga Nasional bagi Demokrasi (NLD), demonstran Myanmar di Bangkok mengangkat poster-poster bergambar pemimpin militer itu, yang bertuliskan, "Kamu memalukan, diktator."
"Saya bangun hari ini dan melihat berita bahwa Ibu Suu ditangkap. Saya ingin dia dibebaskan," kata seorang demonstran kepada media Thailand. "Angkatan darat mengendalikan negara kami selama 50 tahun dan kami menderita."
Sekitar 20-an polisi anti huru-hara berusaha membubarkan protes itu dan bentrok dengan penyelenggara yang merupakan bagian dari gerakan demokrasi di kerajaan itu.
Seorang juru bicara polisi mengatakan beberapa orang ditahan untuk diinterogasi setelah demonstran melempari batu dan bom asap.
Perdana menteri Thailand, mantan panglima militer yang merebut kekuasaan dalam kudeta pada 2014, belum berkomentar mengenai pemberontakan di Myanmar. Namun, orang keduanya, Prawit Wongsuwan, mengatakan itu merupakan "urusan domestik."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tanee Sangrat mengatakan kepada wartawan bahwa Thailand berharap "situasi sekarang ini bisa diatasi dengan damai dan segera kembali normal."
Ada lebih dari sejuta pekerja migran Myanmar di Thailand, menurut angka resmi, tapi jumlah pastinya diyakini jauh lebih tinggi. [vm/ka]