Polisi anti huru-hara Israel hari Jumat (13/5) mendorong dan memukuli para pelayat dan mereka yang mengusung peti mati yang berisi jenazah wartawan Al Jazeera yang tewas ditembak, Shireen Abu Akleh. Insiden ini membuat peti jenazahnya sempat jatuh, sementara para pelayat melindungi diri dari pukulan polisi, prosesi pemakaman yang mengejutkan dan mungkin menjadi "peragaan nasionalisme" Palestina terbesar di Yerusalem dalam satu generasi.
Insiden kekerasan ini menambah rasa duka dan kemarahan di seluruh dunia Arab setelah kematian Abu Akleh, yang menurut beberapa saksi mata dibunuh oleh pasukan Israel Rabu lalu (11/5) dalam suatu serangan di Tepi Barat yang diduduki Israel. Mereka juga menggambarkan keprihatinan mendalam atas Yerusalem timur, yang diklaim oleh Israel dan Palestina, dan telah berulangkali memicu aksi kekerasan.
Abu Akleh, usia 51 tahun, adalah nama yang menggema di seluruh dunia Arab, yang identik dengan liputan Al Jazeera tentang kehidupan di bawah pemerintahan Israel, yang telah berlangsung selama enam puluh tahun tanpa ada titik terang. Abu Akleh dihormati di Palestina sebagai pahlawan setempat.
Ribuan orang, yang sebagian besar mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan kata “Palestina! Palestina!” mengikuti prosesi pemakaman Abu Akleh, yang diyakini sebagai yang terbesar di Yerusalem sejak kematian Faisal Husseini, seorang pemimpin Palestina yang juga keturunan keluarga terkemuka di kawasan itu, pada tahun 2001.
Serang Pelayat, Peti Jenazah Shireen Abu Akleh Jatuh
Menjelang pemakaman, kerumunan besar warga berkumpul untuk mengawal dan membawa keranda atau peti mati Abu Akleh dari rumah sakit di Yerusalem timur menuju ke sebuah gereja Katholik di Kota Tua terdekat. Banyak yang membawa bendera Palestina sambil meneriakkan kalimat, “Kami akan mengorbankan jiwa dan darah kami untuk kamu Shireen.”
Tak lama kemudian tentara Israel bergerak maju, mendorong dan memukuli para pelayat dengan tongkat. Ketika polisi anti huru-hara mendekat, mereka menabrak pengusung peti mati, menyebabkan salah seorang yang membawa peti mati kehilangan kendali dan jatuh. Peti jenazah Shireen Abu Akleh pun jatuh ke tanah.
Polisi merebut dan merobek-robek bendera Palestina dari tangan orang-orang dan menembakkan granat kejut untuk membubarkan kerumunan massa.
Saudara laki-laki Abu Akleh, Tony, mengatakan adegan itu “membuktikan bahwa laporan dan kata-kata jujur Shireen memiliki dampak yang kuat.”
Associated Press mengutip koresponden Al Jazeera Givara Buderi mengatakan tindakan keras polisi itu seperti membunuh Abu Akleh lagi. “Sepertinya suaranya (suara Shireen.red) tidak hilang begitu saja,” ujarnya dalam sebuah laporan.
Kota Suci yang Jadi Rebutan
Yerusalem Timur – yang merupakan kawasan dimana terdapat situs-situs suci warga Yahudi, Muslim dan Kristen – direbut oleh Israel dalam Perang Timur Tengah tahun 1967. Ia mengklaim seluruh kota itu sebagai ibu kota abadi, dan telah mencaplok sektor timur dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.
Palestina mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka kelak di masa depan.
Israel telah secara rutin menekan setiap upaya dukungan bagi Palestina. Klaim yang saling bertentangan atas Yerusalem Timur kerap meluas menjadi aksi kekerasan, termasuk perang selama 11 hari antara Israel dan gerilyawan Gaza tahun lalu, dan kerusuhan berminggu-minggu baru-baru ini di kawasan tempat suci paling sensitif di kota itu.
Di luar salat di Masjid Al Aqsa, Israel jarang mengizinkan dilakukannya pertemuan besar warga Palestina di Yerusalem Timur, dan secara rutin melarang segala bentuk dukungan bagi negara Palestina.
Polisi Israel mengatakan kerumunan di rumah sakit, di mana jenazah Shireen Abu Akleh disemayamkan, telah meneriakkan kalimat-kalimat “hasutan nasionalis,” mengabaikan seruan untuk berhenti dan melemparkan batu ke arah mereka. “Polisi terpaksa mengambil tindakan,” ujar polisi. Mereka mengeluarkan video di mana seorang komandan di luar rumah sakit memperingatkan warga bahwa polisi akan datang jika mereka tidak menghentikan kalimat hasutan dan “lagu-lagu nasionalis” yang mereka gaungkan.
Seorang pejabat Israel mengatakan rincian prosesi pemakaman telah dikoordinasikan dengan keluarga sebelumnya untuk memastikan kelancaran acara. Tetapi “massa mulai berkumpul di sekitar mobil jenazah Shireen Abu Akleh dan kekacauan pun terjadi,” membuat prosesi pemakaman tidak berjalan sesuai rencana. Pejabat Israel ini berbicara dengan tidak menyebut nama.
Stasiun televisi Al Jazeera dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Tindakan polisi Israel telah melanggar semua norma dan hukum internasional.” “Pasukan pendudukan Israel menyerang mereka yang berduka atas mendiang Shireen Abu Akleh dengan menyerbu rumah sakit Prancis di Yerusalem, memukuli para pengusung jenazah dengan kejam,” tambah pernyataan itu. Jaringan itu juga mengatakan mereka tetap berkomitmen meliput berita dan tidak akan terusik dengan insiden yang terjadi.
Jubir Gedung Putih Sesalkan Insiden di Yerusalem Timur
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki hari Jumat mengatakan gambar-gambar insiden itu “sangat mengganggu.” Ia mengatakan fokusnya “menandai kenangan serangan terhadap seorang wartawan luar biasa yang telah kehilangan nyawa. Kami menyesalkan intrusi ke dalam apa yang seharusnya menjadi prosesi (pemakaman) damai.”
Polisi Israel kemudian mengawal peti mati yang membawa jenazah Shireen Abu Akleh itu dengan sebuah mobil van hitam, merobek bendera Palestina yang menutupi sebagian mobil itu ketika mereka bergerak ke arah gereja.
Pemakaman Abu Akleh dihiasi dengan bendera Palestina dan bunga-bunga. Duta Besar Palestina di Inggris Husam Zomlot dan Kepala Biro Al Jazeera Walid Al Omari meletakkan karangan bunga di makam itu.
Abu Akleh tewas tertembak di bagian kepala dalam serangan militer Israel di kota Jenin, di Tepi Barat. Tetapi penyebab insiden penembakan itu masih diperdebatkan.
Otoritas Palestina mengatakan tentara Israel yang membunuhnya. Tetapi militer Israel hari Jumat (13/5) mengatakan bahwa Abu Akleh tewas dalam baku tembak dengan pejuang Palestina. Ditambahkan bahwa tanpa analisa balistik, mereka belum dapat memastikan siapa yang bertanggung jawab atas kematiannya.
Israel telah menyerukan penyelidikan bersama dengan Otoritas Palestina, dan menyerahkan analisa forensik atas peluruh yang menghantam Shireen Abu Akleh untuk menentukan siapa yang menembaknya.
Otoritas Palestina telah menolak permintaan itu, dan mengatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan sendiri dan mengirim hasilnya ke Mahkamah Kriminal Internasional, yang sudah menyelidiki kemungkinan terjadinya kejahatan perang. [em/pp]