BANGKOK —
Pembangunan Bendungan Xayaburi nampaknya akan tetap dilanjutkan meskipun ada kecaman, khususnya dari Kamboja dan Vietnam, mengenai dampak bendungan itu pada wilayah hilir Sungai Mekong.
Berbicara pada upacara peletakan batu pertama hari Rabu, Wakil Perdana Menteri Laos Sarnsawad Lengsawat mengatakan, Laos mempertimbangkan pandangan negara-negara lain dan memutuskan untuk melanjutkan proyek itu. Bendungan air tenaga listrik itu dijadwalkan selesai tahun 2019.
Bendungan itu diperkirakan akan menjadi salah satu dari 10 proyek serupa yang dibangun di wilayah hilir Sungai Mekong yang panjangnya 4.300 kilometer yang mengalir melalui Thailand, Laos, Kamboja, dan wilayah delta Vietnam sampai Laut Cina Selatan.
Kelompok-kelompok lingkungan khawatir dampak jangka panjang bendungan air itu akan menghambat jalur migrasi ikan dan berdampak buruk pada kehidupan 60 juta orang.
Tetapi Insinyur South East Asia Energy Limited, perusahaan pembangun bendungan itu, Somkuan Watakeekul, mengatakan bendungan itu akan menguntungkan kawasan itu.
Ia mengatakan apakah itu mengenai air bersih, pertanian, perikanan, atau transportasi, semua orang akan memperoleh manfaat dari proyek itu. Ia mengatakan manfaat utama adalah menghasilkan listerik, membantu masyarakat miskin Laos, serta pembangunan dan pertumbuhan kawasan.
Upacara peletakan batu pertama itu dilakukan, walaupun Perdana Menteri Laos Thongsing Thammavong sebelumnya mengatakan proyek itu masih menunggu kajian lebih lanjut.
Pejabat Komisi Sungai Mekong (MRC), badan yang mengawasi kerjasama antara Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam untuk proyek sungai itu, mengatakan kepada VOA komisi itu mencari penjelasan dari delegasi Laos apakah upacara itu menandakan keputusan akhir Laos untuk melanjutkan proyek itu. Tahun 2011, Pemerintah Laos setuju menghentikan proyek itu sampai analisis dampak lingkungan selesai dibuat.
Amerika minggu ini memperingatkan Laos supaya jangan melanjutkan proyek itu, dan mengatakan besar dan parahnya dampak pembangunan proyek itu pada ekosistem yang menyediakan ketahanan pangan dan mata pencaharian di wilayah itu masih belum diketahui.
Berbicara pada upacara peletakan batu pertama hari Rabu, Wakil Perdana Menteri Laos Sarnsawad Lengsawat mengatakan, Laos mempertimbangkan pandangan negara-negara lain dan memutuskan untuk melanjutkan proyek itu. Bendungan air tenaga listrik itu dijadwalkan selesai tahun 2019.
Bendungan itu diperkirakan akan menjadi salah satu dari 10 proyek serupa yang dibangun di wilayah hilir Sungai Mekong yang panjangnya 4.300 kilometer yang mengalir melalui Thailand, Laos, Kamboja, dan wilayah delta Vietnam sampai Laut Cina Selatan.
Kelompok-kelompok lingkungan khawatir dampak jangka panjang bendungan air itu akan menghambat jalur migrasi ikan dan berdampak buruk pada kehidupan 60 juta orang.
Tetapi Insinyur South East Asia Energy Limited, perusahaan pembangun bendungan itu, Somkuan Watakeekul, mengatakan bendungan itu akan menguntungkan kawasan itu.
Ia mengatakan apakah itu mengenai air bersih, pertanian, perikanan, atau transportasi, semua orang akan memperoleh manfaat dari proyek itu. Ia mengatakan manfaat utama adalah menghasilkan listerik, membantu masyarakat miskin Laos, serta pembangunan dan pertumbuhan kawasan.
Upacara peletakan batu pertama itu dilakukan, walaupun Perdana Menteri Laos Thongsing Thammavong sebelumnya mengatakan proyek itu masih menunggu kajian lebih lanjut.
Pejabat Komisi Sungai Mekong (MRC), badan yang mengawasi kerjasama antara Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam untuk proyek sungai itu, mengatakan kepada VOA komisi itu mencari penjelasan dari delegasi Laos apakah upacara itu menandakan keputusan akhir Laos untuk melanjutkan proyek itu. Tahun 2011, Pemerintah Laos setuju menghentikan proyek itu sampai analisis dampak lingkungan selesai dibuat.
Amerika minggu ini memperingatkan Laos supaya jangan melanjutkan proyek itu, dan mengatakan besar dan parahnya dampak pembangunan proyek itu pada ekosistem yang menyediakan ketahanan pangan dan mata pencaharian di wilayah itu masih belum diketahui.