Pembelotan yang mengejutkan oleh para anggota partai oposisi terkemuka Taiwan, yang telah lama dianggap mendukung hubungan persahabatan Taipei dengan Beijing, bisa memberi dorongan baru bagi China sebagai alasan untuk menggunakan tindakan militer guna menjatuhkan pemerintahan Taiwan.
“Kita tidak boleh bermimpi lagi,” tulis Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times, media milik pemerintah China. "Satu-satunya jalan ke depan bagi China daratan agar sepenuhnya mempersiapkan diri untuk perang dan menghukum keras para separatis kapan pun."
Tulisan Editorial Hu pada 6 Oktober dipicu oleh dua rancangan undang-undang (RUU) yang diajukan oleh partai Kuomintang (KMT) di parlemen Taiwan. RUU itu mendesak pemerintah untuk secara aktif mengejar pemulihan hubungan diplomatik resmi antara Washington dan Taipei, serta meminta bantuan resmi AS untuk mempertahankan pulau itu dari serangan China di masa depan.
Usulan RUU baru itu mengatakan “Pemerintah kita harus mencoba dan membujuk Amerika untuk membantu kami secara diplomatis, ekonomi, dan/ atau melalui intervensi militer langsung” jika dan ketika otoritas komunis China mengambil tindakan yang merupakan ancaman langsung terhadap eksistensi (keberadaan) demokrasi Taiwan. Kedua RUU itu disahkan tanpa keberatan pada Selasa (6/10).
“Kami berharap dunia melihat dan memahami bahwa kami di Taiwan, di seluruh garis Partai bertekad untuk tidak perang, tetapi juga bertekad untuk sama-sama tidak takut perang,” kata KMT.
Para anggota Partai Progresif Demokratik (DPP), partai dari Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, menjelaskan bahasa dalam RUU itu sebagai "belum pernah terjadi sebelumnya" dari partai KMT yang telah lama dilihat oleh Beijing sebagai mitra dialog, dengan visi bersama atas penyatuan kembali "satu China” sebagai tujuan akhirnya. [ps/pp]
