Perselisihan antarfaksi muncul di kedua kubu politik Malaysia, sementara perseteruan internal yang sengit mengakhiri periode bulan madu bagi pemerintah koalisi Pakatan Harapan (PH).
Pengunduran diri Nurul Izzah Anwar yang mengejutkan sebagai wakil presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) pekan ini mengungkapkan perpecahan yang mendalam di koalisi yang digalang antara dua kekuatan politik yang selama bertahun-tahun berada di dua kubu yang berbeda.
Perselisihan ini berpusat sekitar maneuver politik Perdana Menteri Mahathir Mohamad yang menimbulkan keprihatinan di sejumlah kalangan bahwa ia mungkin mengingkari janjinya untuk menyerahkan kekuasaan kepada mantan musuh bebuyutan yang kemudian beralih menjadi sekutu politiknya, Anwar Ibrahim.
PH merupakan koalisi yang dibentuk antara Mahathir dan Anwar, mantan anak didik Mahatir yang dipenjarakan atas tuduhan korupsi dan sodomi yang kontroversial. Keduanya kemudian bersatu kembali dan merebut kemenangan dalam pemilu yang mengejutkan pada Mei lalu, yang mengakhiri lebih dari enam dekade kekuasaan partai tunggal di Malaysia.
Meskipun Nurul, putri Anwar, menolak merinci alasan pengunduran dirinya, kandidat wakil presiden PKR dan dan sekutu dekatnya Rafizi Ramli secara terbuka mencerca pimpinan PH dalam sebuah posting di blognya pada hari Rabu, seraya menyatakan “euforia telah berubah menyedihkan.”
“Saya benci menjadi pembawa kabar buruk, tetapi seseorang harus mengambil tindakan berisiko besar,” tulisnya sebelum menyebut hasil jajak pendapat umum yang merosot serta menguraikan sejumlah keluhan terkait arah kebijakan partai sekarang ini.
Yang menjadi sumber ketidakpuasan utama adalah Mahathir mengincar para pembelot dari bekas partainya dan musuh lama PKR – UMNO – agar bergabung dengan partai barunya, Bersatu.
Rafizi mengecam gagasan bahwa PH memerlukan para pembelot UMNO karena posisi PH yang relatif lemah di kalangan penduduk Melayu yang mayoritas di negara itu, dan menyatakan politik rasial merupakan pengalihan perhatian dari keprihatinan inti para pemilih, yakni kesejahteraan ekonomi mereka. [uh]