Kelompok pemberontak M23 terus menggempur bagian timur Republik Demokratik Kongo, ungkap sumber lokal, pada Selasa (28/2). Padahal, berdasar rencana regional, pada hari itu mereka seharusnya mulai menarik diri dari posisi mereka.
Pada 17 Februari, para pemimpin Afrika Timur mendesak semua kelompok bersenjata nonnegara untuk mundur dari wilayah yang mereka duduki di Kongo timur paling lambat 30 Maret. Penarikan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap awal dimulai pada 28 Februari. Namun M23, pada Selasa, terus merangsek maju di provinsi Kivu Utara, Kongo.
Pada Senin, kelompok yang dipimpin etnis Tutsi itu merebut Kota Mweso, sekitar 100 kilometer sebelah barat ibu kota provinsi Goma. Kepada kantor berita AFP, Selasa, pemimpin masyarakat sipil setempat, Alphonse Habimana, mengatakan bahwa M23 menguasai kota yang berpenduduk 30.000 orang itu.
Heritier Ndangendange, juru bicara APCLS, salah satu milisi yang melawan M23, membenarkan bahwa pemberontak telah merebut Mweso.
Bentrokan dengan M23 berlanjut pada Selasa, sekitar 30 kilometer sebelah barat Goma, kota berpenduduk lebih dari 1 juta orang, menurut seorang pejabat keamanan yang menolak namanya disebut.
Pejuang M23 juga tetap di posisinya puluhan kilometer sebelah utara Goma. Pemberontak hampir mengepung kota itu, yang terjepit di antara Danau Kivu dan perbatasan Rwanda. Tiga dari empat jalan yang mengarah ke sana terputus. Jalan yang tersisa, menuju Kivu Selatan, rusak akibat hujan lebat tahun lalu.
Didukung pakar-pakar independen PBB, Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya, Kongo menuduh Rwanda mendukung M23. Tuduhan tersebut lalu dibantah Rwanda. [ka/jm]
Forum