Pemberontak pro-Rusia menyerang Mariupol, kota pelabuhan yang penting di Ukraina, meningkatkan ketegangan yang diingatkan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa bisa mengarah ke “memburuknya” hubungan Uni Eropa dan Rusia.
Pemerintah Ukraina mengatakan setidaknya 30 orang tewas Sabtu (24/1) ketika roket-roket menghantam kawasan permukiman di Mariupol. Tembakan itu menghantam pasar dan gedung-gedung apartemen, melukai lebih dari 80 orang.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg merilis pernyataan yang menyebut serangan itu jelas-jelas mengabaikan gencatan senjata.” Ia menambahkan, tentara Rusia selama ini mendukung operasi pemberontak dengan perlengkapan mencakup sistem pertahanan udara, misil darat ke udara dan “sistem peluncur roket ganda yang canggih.”
Baik Stoltenberg maupun kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mendesak Rusia agar berhenti memasok pemberontak dengan dukungan militer dan keuangan. Mogherini mengimbau Rusia agar menggunakan pengaruhnya supaya pemberontak menghentikan serangan.
Dalam pernyataan yang dirilis Sabtu, Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengatakan, jika Rusia tidak mengakhiri dukungannya bagi separatis dan "menarik semua dukungan senjata, pejuang dan keuangan," tekanan Amerika dan internasional "hanya akan meningkat."
Kerry menilai serangan terhadap Mariupol "mengerikan" dan ia bersama rekan-rekan Eropanya mengutuk serangan itu dengan kata-kata terpedas.