Menurut laporan terbaru, lebih dari 80 orang tewas di Aleppo timur, termasuk banyak wanita dan anak-anak, setelah pasukan Presiden Bashar al-Assad memasuki daerah yang dikuasai pemberontak. Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat Selasa menyusul berbagai laporan tentang pertumpahan darah itu.
Duta Besar Amerika untuk PBB, Samantha Power, hari Selasa mengatakan bahwa pasukan Presiden Bashar al-Assad memasuki rumah-rumah di Aleppo timur dan mengeksekusi warga sipil di tempat.
“Rezim Bashar Al-Assad, Rusia, Iran dan milisi afiliasi mereka adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab atas apa yang disebut PBB sebagai ‘krisis kemanusiaan,’ dan mereka tidak menunjukkan belas kasihan,” kata Samantha Power.
Duta Besar Suriah segera menyangkal bahwa pembunuhan warga sipil itu disengaja.
"Saya mengecam dan menolak semua laporan palsu yang digunakan oleh delegasi Amerika Serikat, Prancis dan Inggris, serta mitra-mitra dan sekutu mereka, yang mengklaim bahwa pemerintah Suriah sengaja menarget warga sipil di Aleppo,” kata Bashar Jaafari, Duta Besar Suriah di PBB.
Duta Besar Perancis meminta Rusia untuk “segera mengakhiri pertumpahan darah.” Sementara itu Duta Besar Rusia mengatakan semua aksi militer di Aleppo dihentikan setelah pemerintah Suriah kembali menguasai kota itu sepenuhnya. Pemberontak Suriah hari Selasa mencapai kesepakatan yang akan memungkinkan evakuasi yang aman bagi mereka yang ingin meninggalkan tempat itu.
“Penduduk yang masih tinggal di sana tidak perlu meninggalkan tempat itu, tapi mungkin ada sebagian warga sipil yang ingin meninggalkan kota yang hancur itu,” kata Vitaly Churkin, Duta Besar Rusia untuk PBB.
Para pejabat Amerika telah memperingatkan bahwa direbutnya kembali kota Aleppo tidak mengisyaratkan berakhirnya perang saudara di Suriah.
“Bahkan jika ini merupakan akhir dari pengepungan Aleppo, tidak berarti ini akhir dari perang di Suriah. Perang ini akan berlanjut,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika John Kirby.
John Kirby menegaskan posisi AS bahwa solusi atas masalah di Suriah hanya dapat ditemukan melalui negosiasi antara pemerintah dan oposisi. Kirby dengan tegas menolak tuduhan seorang wartawan bahwa AS telah cuci tangan dari masalah Suriah.
“Amerika Serikat lah yang memimpin upaya memperoleh resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengatur proses untuk mencapai gencatan senjata dan pengiriman bantuan kemanusiaan. Amerika Serikat lah yang terlibat dan masuk ke dalam apa yang kita harapkan sebagai diskusi bilateral yang berhasil dengan Rusia, yang kita ketahui paling berpengaruh terhadap Assad. Upaya-upaya tersebut gagal,” lanjutnya.
Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat itu mengatakan, menyusul kemunduran itu, Amerika memimpin kampanye internasional untuk solusi diplomatik atas perang Suriah. Dia mengatakan Damaskus menggagalkan upaya-upaya itu, dengan bantuan para pendukungnya, terutama Rusia. [lt/uh]