Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar, yang menjadi tuan rumah pertemuan para diplomat tinggi negara-negara anggota G20, mengakui ada “perbedaan” pandangan tentang perang di Ukraina “yang tidak dapat ditemukan jalan keluarnya karena perbedaan pandangan beragam pihak” yang mengikuti pertemuan itu. Pertemuan tersebut sedianya menjadi langkah awal persiapan menjelang pelaksanaan pertemuan puncak KTT G20 di Pragati Maidan, New Delhi, pada 9 September mendatang.
“Jika ada pandangan yang komprehensif tentang semua masalah dan memahami hal itu, tentu saja akan ada pernyataan kolektif yang dihasilkan dari pertemuan ini. Tetapi ada isu-isu, yang saya akan mengatakannya secara terus terang, yang memicu pandangan beragam, misalnya tentang konflik di Ukraina. Jadi pada sebagian besar isu yang dibahas, kami berhasil mencapai solusi; tetapi dalam isu Ukraina ada berbagai posisi berbeda yang tetap tidak bisa mencapai kata sepakat,” jelasnya.
Isu-isu yang berhasil disepakati untuk dibahas lebih lanjut adalah penguatan multilateralisme, memastikan keamanan pangan dan energi, perubahan iklim, isu gender dan kontra-terorisme.
India mengimbau semua anggota G20 agar tetap mencapai konsensus untuk masalah-masalah yang menjadi perhatian khusus negara-negara miskin, meskipun ada perbedaan tajam di antara negara-negara Barat dan Timur tentang Ukraina.
Bertemu Lavrov, Blinken Kembali Minta Untuk Hentikan Perang di Ukraina
Dalam kesempatan yang sama Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken memilih untuk lebih menyoroti peran positif G20 dalam mengatasi krisis dunia. Meskipun demikian Blinken tetap melangsungkan pertemuan singkat dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di sela-sela pertemuan di New Delhi itu.
“Saya mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Rusia apa yang sudah saya dan begitu banyak pihak sampaikan pekan lalu di PBB dan juga yang disampaikan begitu banyak menteri G20 di sini hari ini. Yaitu “akhiri perang agresi ini, terlibat lah dalam diplomasi yang lebih bermakna, yang dapat menghasilkan perdamaian yang adil dan abadi. Presiden Zelenskyy telah mengajukan rencana perdamaian yang adil dan langgeng. Berlandaskan hal ini, Amerika akan siap mendukung Ukraina lewat diplomasi untuk mengakhiri perang,” jelasnya.
Tak Capai Kesepakatan di Pertemuan Menkeu G20, India Hanya Keluarkan Rangkuman Pernyataan
India minggu lalu terpaksa mengeluarkan rangkuman pernyataan yang dikompromikan pada akhir pertemuan menteri keuangan negara-negara G20 setelah Rusia dan China menyampaikan keberatan dengan komunike bersama yang mempertahankan kalimat tentang perang di Ukraina, yang dikutip langsung dari hasil KTT G20 di Bali, Indonesia, tahun 2022 lalu.
Bahas Ketegangan India-China, Jaishankar Bertemu Qin Gang
Jaishankar mengatakan pembicaraan dengan timpalannya dari China, Qin Gang, “memusatkan perhatian pada upaya mengatasi tantangan saat ini terhadap hubungan bilateral kedua negara, terutama perdamaian dan ketenangan di perbatasan.”
Gang, yang berada di India untuk mengikuti pertemuan G20 itu, melangsungkan pembicaraan yang tidak terjadwal dengan Jaishankar, sehari setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan “China sangat mementingkan India.”
Hubungan antara New Delhi dan Beijing memburuk sejak tahun 2020 ketika tentara India dan China bentrok di perbatasan darat mereka, di wilayah Ladakh. Dua puluh tentara India dan empat tentara China tewas.
Pertempuran itu bergulir menjadi kebuntuan berkepanjangan di daerah pegunungan yang terjal, di mana masing-masing pihak menempatkan puluhan ribu personel militer yang didukung artileri, tank dan jet-jet tempur. Sejak saat itu hubungan militer kedua negara tegang dan 17 putaran pembicaraan antara panglima militer India dan China gagal mencairkan hubungan mereka. [em/jm]
Forum