Tautan-tautan Akses

Pembuat Tembikar Lebanon Berjuang Pertahankan Kerajinan Tradisional


Ilustrasi - Seorang pengrajin tengah menyelesaikan karyanya di bengkel tembikar di desa Rashaya al-Foukhar, selatan Lebanon, 22 Agustus 2014. (REUTERS/ Ali Hashisho)
Ilustrasi - Seorang pengrajin tengah menyelesaikan karyanya di bengkel tembikar di desa Rashaya al-Foukhar, selatan Lebanon, 22 Agustus 2014. (REUTERS/ Ali Hashisho)

Seorang pembuat tembikar tradisional Lebanon berjuang untuk menjaga kerajinan tradisional itu tetap hidup. Hampir tiga tahun, Lebanon bergulat dengan krisis ekonomi dan keuangan yang menyebabkan turunnya permintaan akan tembikar.

Kerajinan tembikar tradisional bisa ditelusuri ke ribuan tahun lalu ke Fenisia. Produk tembikar Lebanon diekspor dengan keledai ke negara-negara tetangga.

Bengkel tembikar Khaled Daw terletak di wilayah pegunungan hijau subur di wilayah Chouf. Mewarisi keahlian dari ayahnya, Daw telah membuat tembikar selama lebih dari 34 tahun.

"Hubungan saya dengan kerajinan ini lebih sentimental daripada sebagai pekerjaan. Kerajinan ini lebih artistik daripada fungsional. Profesi ini memiliki kreativitas, memiliki keindahan dalam bekerja," jelasnya.

Daw menambahkan, selama bertahun-tahun bengkel tembikar Lebanon sepi. Kerajinan itu menghadapi kesulitan karena krisis ekonomi Lebanon.

Pembuat Tembikar Lebanon Berjuang Pertahankan Kerajinan Tradisional
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:04 0:00

“Inilah yang memotivasi kami untuk kreatif dan menemukan cara untuk terus maju. Tidak diragukan, kami menghadapi banyak krisis, tetapi jujur saja, setahu saya ini adalah krisis terbesar dan terparah yang dihadapi Lebanon sejauh ini," imbuhnya.

Tawfic Jaafar, mantan pembuat tembikar, membantu Daw. “Saya biasanya meminta sekolah untuk datang dan mempelajari kerajinan ini. Saya meminta keluarga di desa kami untuk datang dan mempelajarinya secara gratis agar kerajinan ini tidak punah. Ini adalah tradisi kami dan seperti yang dikatakan Khaled, kami berkomunikasi dengan tanah liat dan pasir. Ini membuat Anda melupakan kekhawatiran. Tanah liat adalah referensi kami. Pada akhirnya kita akan kembali ke tanah liat," jelasnya.

Ilustrasi - Seorang pembuat tembikar menggunakan roda untuk pot dari tanah liat di bengkel kerjanya di kota pesisir Tripoli, utara Beirut, 18 Agustus 2010. (AFP PHOTO/JOSEPH EID)
Ilustrasi - Seorang pembuat tembikar menggunakan roda untuk pot dari tanah liat di bengkel kerjanya di kota pesisir Tripoli, utara Beirut, 18 Agustus 2010. (AFP PHOTO/JOSEPH EID)

Daw menjelaskan bahwa dia harus banyak akal untuk menjaga agar kerajinan itu tetap hidup. Dia membangun oven berbahan bakar kayu di sebidang tanah warisan di depan bengkelnya. Daw yang khawatir kerajinan itu bisa punah, berharap pendekatan ini bisa membantu bengkel tetap beroperasi.

Bengkel Daw adalah satu dari dua yang tersisa di daerah Chouf, yang masih berkarya dengan tanah liat dengan cara tradisional. “Sampai akhir tahun 50-an, terdapat sekitar 55 perajin yang membuat kerajinan ini. Sekarang hanya dua. Ini adalah bukti bahwa kerajinan itu menuju kepunahan," imbuh Daw.

Terlepas dari tantangan yang dihadapi, Daw menolak menutup bengkelnya. "Kerajinan ini sangat berarti bagi saya. Ini lebih dari sekadar profesi. Ini adalah bagian dari hidup saya. Bagian dari masa lalu, dan bagian dari keberadaan dan spiritualitas saya." [ka/uh]

XS
SM
MD
LG