Empat anggota Jamaah Tabligh asal India di Yogyakarta dinyatakan positif terinfeksi virus corona setelah menjalani tes swab atau tes usap tenggorokan. Keempatnya adalah bagian dari 15 orang Jamaah Tabligh asal India yang menjalani tes cepat atau rapid test pada Selasa (21/4) pekan lalu, di mana sembilan orang hasilnya reaktif.
Danang Samsu Rizal, Koordinator Pusat Pengendali Operasi Gugus Penanganan Covid-19 DIY, Senin (27/4) petang, mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan besar India untuk penanganan Jamaah Tabligh asal India yang terpapar Covid-19 tersebut.
“Namun sementara nanti akan ditempatkan di Badan Diklat Gunung Sempu. Tadi sudah disurvei, kita siapkan tenaga pendukungnya,” kata Danang.
Rombongan Jamaah Tabligh negara itu datang ke sekitar satu bulan yang lalu. Mereka berkeliling di sejumlah wilayah di Yogyakarta.
Sebelas anggota Jamaah Tabligh yang hasil tes usapnya negatif ditempatkan di Badan Diklat, sedangkan empat yang positif saat ini dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Hardjolukito, Yogyakarta.
Danang juga menambahkan, seluruh warga negara asing yang saat ini ada di Yogyakarta telah didata. Khusus untuk kasus warga India ini, telah diambil langkah pengamanan lebih ketat terhadap masjid di mana mereka tinggal dalam sepekan terakhir.
“Untuk kasus yang warga negara India ini, kita monitor satu banding satu,” ujar Danang.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman juga menelusuri riwayat kontak dari kelompok tersebut. Sejauh ini, dari hasil tes cepat menunjukkan enam orang takmir masjid di mana jamaah itu menginap, menunjukkan reaktif. Status reaktif adalah tanda awal positif terinfeksi, namun masih memerlukan tes usap tenggorokan untuk mengonfirmasi hasilnya.
Salah satu dari enam orang itu bertindak sebagai penerjemah. Tes cepat terhadap istri dan anak penerjemah yang tinggal sekitar 15 kilometer dari masjid, juga menunjukkan hasil reaktif . Satu orang tetangga penerjemah juga memiliki status sama. Seluruh pihak yang hasil tes cepatnya reaktif, dilakukan uji usap tenggorokan. Hasil tes usap belum keluar.
Ditya Nanaryo Aji dari Bidang Komunikasi dan Informasi, Sekretariat Gugus Tugas Covid 19 DIY dalam keterangan pers di kantor BPBD DIY menyebut sudah lebih dari 5.000 rapid test dilakukan di wilayah tersebut.
Hingga hari ini, Selasa (28/4), papar Ditya, dari 5,049 orang yang menjalani tes, 4.874 negatif, 99 positif, dan terjadi error pada 78 alat RDT.
“Bagi pasien yang negatif, sesuai SOP akan dilakukan tes ulang 7-10 hari kemudian. Sedangkan bagi yang hasilnya positif akan dilakukan tes swab atau PCR,” ujar Ditya.
Selama menunggu tes ulang, pasien dengan hasil tes negatif, harus tetap menjaga jarak aman dengan tetap berada di rumah. Bagi siapapun yang melakukan isolasi mandiri, pasien diharapkan menjalankan protokol dan melakukan konsultasi layanan kesehatan digital yang dapat diakses melalui ponsel.
Pemda DIY juga memastikan bahwa rapid test tidak hanya digunakan untuk penelusuran kasus. Fasilitas tersebut juga terbuka digunakan oleh mereka yang memiliki potensi penularan, seperti pekerja migran.
Rapid test juga menjadi dasar intervensi terhadap kelompok yang terdeteksi sehingga karantina wilayah dapat diperkuat. Melalui rapid test, dapat dilihat seberapa luas transmisi penyakit. Dengan demikian, Pemda bisa mengetahui apakah kasus yang ditemukan lewat rapid test adalah kasus baru atau kasus impor. Kesimpulan itu bisa menjadi panduan bagi aparat di kecamatan untuk mengambil kebijakan.
Hingga Selasa (28/4) pukul 16.00, di DIY tercatat total jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 814 orang dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) 4.609, dengan 93 kasus positif. [ns/ab]