Dalam laporan dua kali setahunnya kepada Kongres pada Rabu (30/10), Departemen Keuangan Amerika mengakui nilai mata uang China, renminbi, naik, "tetapi tidak secepat atau sebanyak dibutuhkan."
Menanggapi laporan itu, jurubicara kementerian luar negeri China, Hua Chunying, Kamis (31/10) mengatakan Beijing telah membuat kemajuan dalam masalah mata uang. Ia meminta Amerika untuk tidak mengacaukan hubungan antara kedua ekonomi terbesar di dunia itu.
Washington telah lama menuduh Beijing merendahkan nilai mata uangnya supaya perusahaan-perusahaan China meraih keuntungan yang tidak adil atas produsen Amerika. Nilai mata uang yang lebih rendah memungkinkan barang-barang China dijual lebih murah di Amerika, sebaliknya, membuat barang-barang Amerika di China lebih mahal.
Dalam laporan itu, Departemen Keuangan berpendapat nilai RMB "secara signifikan direndahkan." Dikatakan, China menjaga nilai mata uangnya tidak menguat dengan melanjutkan kebijakan intervensi pemerintah, khususnya, "pembelian devisa dalam skala besar tahun ini."
Tetapi laporan itu tidak menyebut China sebagai manipulator mata uang, sebutan yang akhirnya bisa menyebabkan dijatuhkannya sanksi perdagangan dan akan mendorong reaksi marah dari Beijing. Dikatakan Amerika akan terus memantau laju apresiasi RMB dan mendesak perubahan kebijakan lebih lanjut.
Presiden Barack Obama menyatakan China tampaknya lebih mungkin melakukan reformasi ekonomi jika Amerika melakukan pendekatan yang tidak bermusuhan. Terakhir kali Amerika menyebut China sebagai manipulator mata uang adalah 1994 semasa pemerintahan Presiden Bill Clinton.
Menanggapi laporan itu, jurubicara kementerian luar negeri China, Hua Chunying, Kamis (31/10) mengatakan Beijing telah membuat kemajuan dalam masalah mata uang. Ia meminta Amerika untuk tidak mengacaukan hubungan antara kedua ekonomi terbesar di dunia itu.
Washington telah lama menuduh Beijing merendahkan nilai mata uangnya supaya perusahaan-perusahaan China meraih keuntungan yang tidak adil atas produsen Amerika. Nilai mata uang yang lebih rendah memungkinkan barang-barang China dijual lebih murah di Amerika, sebaliknya, membuat barang-barang Amerika di China lebih mahal.
Dalam laporan itu, Departemen Keuangan berpendapat nilai RMB "secara signifikan direndahkan." Dikatakan, China menjaga nilai mata uangnya tidak menguat dengan melanjutkan kebijakan intervensi pemerintah, khususnya, "pembelian devisa dalam skala besar tahun ini."
Tetapi laporan itu tidak menyebut China sebagai manipulator mata uang, sebutan yang akhirnya bisa menyebabkan dijatuhkannya sanksi perdagangan dan akan mendorong reaksi marah dari Beijing. Dikatakan Amerika akan terus memantau laju apresiasi RMB dan mendesak perubahan kebijakan lebih lanjut.
Presiden Barack Obama menyatakan China tampaknya lebih mungkin melakukan reformasi ekonomi jika Amerika melakukan pendekatan yang tidak bermusuhan. Terakhir kali Amerika menyebut China sebagai manipulator mata uang adalah 1994 semasa pemerintahan Presiden Bill Clinton.