Pemerintah Indonesia mengutuk dan mengecam keras serangan oleh sekelompok orang bersenjata terhadap bangunan dan karyawan koran mingguan Charlie Hebdo di Paris, yang menewaskan 12 orang.
Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi di Kementerian Luar Negeri Jakarta, Kamis (8/1) mengatakan pemerintah Indonesia mengucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya kepada pemerintah dan rakyat Perancis, khususnya terhadap keluarga para korban. Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa tindak kekerasan apapun tidak dapat dibenarkan.
Retno menambahkan bahwa pemerintah mendukung upaya pemerintah Perancis menangkap dan mengadili para pelaku. Dari hasil koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris, tidak ada korban warga negara Indonesia dalam tragedi tersebut.
Namun demikian Retno Marsudi mengatakan, Pemerintah Indonesia mengimbau kepada segenap warga negara Indonesia yang berada di Perancis untuk dapat menghindari tempat-tempat keramaian, dan menghubungi perwakilan Indonesia di KBRI Paris dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Marseille sekiranya membutuhkan bantuan.
"Kita mengeluarkan peringatan kehati-hatian untuk mendekati beberapa tempat. Silahkan baca di website-nya KBRI dan kita sudah pasang hotline," ujarnya.
Kecaman atas serangan bersenjata terhadap kantor redaksi majalah Charlie Hebdo juga diserukan Southeast Asian Press Alliance (SEAPA) atau organisasi pers Asia Tenggara yang bermarkas di Bangkok Thailand.
Ketua SEAPA Eko Maryadi mengecam keras serangan bersenjata ke kantor redaksi majalah itu. SEAPA mendorong pemerintah Perancis untuk segera menangkap pelaku pembunuhan itu, ujarnya.
"Bagi SEAPA, menyerang kantor media adalah tindakan yang barbar. Dan membunuh wartawan yang tidak bersenjata adalah tindakan yang sangat pengecut. Kita mendorong pemerintah Perancis untuk segera menangkap pelaku pembunuhan dan menyeret mereka ke pengadilan," ujarnya.
Eko menambahkan, ada pemahaman yang salah dari pelaku kekerasan bersenjata ini, yang menganggap media telah melakukan penyerangan terhadap sebuah agama tertentu.
"Mereka mengira bahwa pers menyerang agamanya, padahal tidak. Pers atau kantor media itu menyerang atau mengkritisi perilaku atau kelakuan yang tidak toleran. Menyerang tindakan-tindakan yang tidak manusiawi, menyerang tindakan-tindakan pemenggalan, penculikan dan barbarisme yang dipertontonkan oleh sekelompok orang yang mengaku beragama. Itu yang kita kritik. Jadi bukan menyerang agamanya," ujarnya.
Serangan bersenjata terjadi Rabu (7/1) waktu setempat di kantor redaksi koran mingguan Charlie Hebdo, menewaskan 12 orang dan beberapa lainnya terluka. Para korban terdiri atas para jurnalis dan karyawan majalah Charlie Hebdo serta dua polisi setempat. Pemimpin redaksi majalah tersebut bersama empat kartunis termasuk diantara korban tewas yang ditembak mati pelaku di dalam kantor majalah tersebut.