Deretan meja dengan petugas kesehatan tampak di salah satu sudut terminal Tirtonadi Solo, Kamis (8/6). Satu per satu sopir bus yang ada di terminal ini diperiksa kesehatannya, mulai dari tekanan darah, gula darah, kadar alkohol, narkoba, hingga tes buta warna.
Sementara itu, tim lain dari Kementerian Perhubungan mengecek kondisi bus yang akan menjadi angkutan lebaran 2017 ini. Juru bicara Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Herman Armanda, mengatakan pengecekan langsung ini untuk mewaspadai adanya kendaraan angkutan lebaran yang tidak layak jalan. Menurut Herman, kondisi rem blong dan ban vulkanisir menjadi peringkat teratas pelanggaran angkutan Lebaran.
"Kita lakukan pengecekan armada bus angkutan lebaran di sembilan terminal tipe A yang dikelola Kemenhub. Ada di Tasikmalaya, Tirtonadi Solo, Cirebon, Madiun, Jogjakarta, dan Purbaya Bawen. Yang kita periksa ban, spedometer, rem tangan, kaca, lampu, dan alat bantu keselamatan. Biasanya yang kita temukan di lapangan itu, banyak angkutan Lebaran memakai ban vulkanisir, ban tipis, dan juga kondisi rem blong, hand rem tidak berfungsi,” jelas Herman Armanda.
Polisi dilibatkan dalam pemeriksaan di Terminal Tirtonadi Solo ini. Juru bicara Polresta Solo, Imam Safi’i mengatakan polisi fokus pada kelengkapan surat-surat kendaraan dan indikasi penggunaan narkoba oleh para sopir bus ini.
“Untuk angkutan lebaran atau mudik 2017 ini tim gabungan dari Polresta Solo, Kementerian Perhubungan, dan Dinas Kesehatan Pemkot Solo mengadakan cek kesehatan bagi pengemudi bus di terminal ini. Hal ini supaya terjamin keamanan, kenyamanan para penumpang bus, apalagi ini mulai arus mudik lebaran. Kita cek kesehatan para pengemudi bus, kita deteksi apakah ada kadar narkoba di dalam tubuhnya. Kalau terbukti ada, akan kita lakukan penindakan. Semua pengemudi bus di Terminal ini akan kita periksa semua,” kata Imam Safi’i.
Sementara itu, dokter Siti Wahyuningsih, Kepala Dinas Kesehatan pemkot Solo yang ikut dalam tim pemeriksaan kondisi sopir bus ini mengungkapkan keselamatan penumpang bus tergantung pada kondisi kesehatan sopir bus.
"Temuan kami dari kasus lebaran tahun lalu tidak sampai 10 persen sopir bus kondisi kesehatannya terganggu. Paling banyak memang sopir bus memiliki tensi atau tekanan darah yang tinggi, meski ini bukan hal yang vital tapi bagi kami ini penting, karena sopir butuh konsentrasi tinggi melakukan perjalanan jauh, membawa penumpang. Jika sopir tensi darahnya tinggi, maka akan berakibat pecahnya pembuluh darah ke otak yang mengakibatkan pendarahan dan stroke. Ini berbahaya,” kata dokter Siti Wahyuningsih.
Kementerian Perhubungan memprediksi penurunan jumlah penumpang angkutan bus umum pada periode Lebaran 2017 sebesar dua sampai tiga persen. Prediksi penumpang angkutan umum turun 2,11 persen dari 4,427 juta penumpang pada 2016 menjadi 4,32 juta penumpang pada 2017. Pemudik menggunakan mobil pribadi diprediksi mengalami lonjakan hingga 13,92 persen dari 3,5 juta kendaraan tahun 2016, menjadi 3,6 juta kendaraan tahun 2017. Jumlah sepeda motor yang dipakai untuk mudik diprediksi mencapai 6,4 juta naik per tahun rata-rata 8 persen.
Angkutan mudik gratis masa Angkutan Lebaran 2017 mengalami peningkatan, yaitu untuk bus tersedia 3.409 bus atau naik 24,46 persen dari mudik gratis 2016 yaitu 2.739 bus dengan kapasitas penumpang, yaitu 208.435 atau meningkat 69,83 persen dari mudik gratis 2016 sebanyak 122.733 penumpang. [ys/lt]