Para anggota aliansi pemberontak Tuareg, yang mencakup Gerakan Nasional bagi Pembebasan Azawad, menghadiri acara penandatanganan perjanjian hari Minggu di ibukota Aljazair, Aljir. Wakil-wakil aliansi itu menyatakan mereka akan melanjutkan dialog, seraya menambahkan bahwa mereka meminta penundaan yang masuk akal.
Perjanjian yang diperantarai PBB itu bertujuan untuk mengakhiri instabilitas selama puluhan tahun di Mali Utara.
Kelompok-kelompok pemberontak Tuareg menginginkan otonomi di kawasan tersebut.
Mali dalam kondisi tidak stabil sejak pemberontak Tuareg melancarkan pemberontakan baru pada awal 2012, yang dipicu kudeta di Bamako, perebutan wilayah utara oleh militan Islamis, dan intervensi pasukan Perancis dan Afrika pada awal 2013.
Kedua pihak menyepakati suatu rencana menuju perundingan itu pada Juli 2014.
