JAKARTA —
Kepada pers di Jakarta, Rabu (26/12), Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi menjelaskan sebanyak 92 importir sudah ditunjuk pemerintah agar mempercepat impor daging sapi yang semula dijadwalkan sekitar Maret 2013 menjadi Januari atau Februari 2013.
Pemerintah menargetkan impor daging sapi tahun depan sebanyak 80 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan daging sapi nasional yang diperkirakan mencapai 105 ribu ton. Impor daging sapi yang masuk ke Indonesia selama ini terbesar dari Australia disusul Selandia Baru, Amerika Serikat dan Singapura.
“Segera realisasikan izin impornya sesuai dengan rekomendasi 90 sekian itu. Dengan demikian, dia sudah bisa bikin plan bahwa 'oh kalau begitu saya sudah bisa lepas stok saya yang ada sekarang'. Mudah-mudahan kita berharap begitu,” kata Bayu Krisnamurthi.
Kelangkaan daging sapi dalam tiga bulan terakhir sehingga harga daging sapi semula sekitar Rp 75 ribu per kilogram menjadi sekitar Rp 150 ribu per kilogram menurut Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simanjorang akibat pemerintah membatasi impor daging sapi.
Jika tahun-tahun sebelumnya pemerintah mengimpor daging sapi sekitar 80 ribu ton, sepanjang tahun 2011 turun menjadi 35 ribu ton karena pemerintah ingin produksi daging sapi lokal ditingkatkan sebagai proses target swasembada daging sapi tahun 2014. Namun menurutnya ternyata pemerintah belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi nasional.
Ia juga menilai beredarnya bakso di beberapa tempat di Jakarta dan sekitarnya yang ternyata merupakan campuran daging sapi dan daging babi hutan karena daging sapi semakin langka sehingga harga terus naik dan para penjual bakso tidak mampu membeli daging sapi dalam jumlah banyak.
“Kami dari Komite Daging Sapi Jakarta Raya sudah meminta kepada Gubernur DKI Jakarta supaya kita diberikan kuota khusus untuk DKI Jakarta (sebanyak) 50 ribu ton tahun depan. Kita minta itu supaya tidak terjadi lagi kasus seperti ini," kata perwakilan dari Komite Daging Sapi Jakarta Raya. "Kita lihat pada 2011 ketika daging normal, harganya normal, supplynya lancar, nggak ada yang namanya oplosan-oplosan karena lancar semuanya,” tambah mereka.
Terkait masalah beredarnya bakso daging oplosan, hingga kini polisi bekerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM aktif melakukan inspeksi mendadak terhadap para pedagang bakso dan penggiling daging.
Beredarnya bakso daging oplosan juga mendapat respon Majelis Ulama Indonesia atau MUI. Koordinator Ketua Harian MUI, KH. Ma’ruf Amin menegaskan MUI akan meneliti lebih mendalam karena dikhawatirkan adanya unsur sengaja yang dilakukan para penggiling daging untuk tidak memisahkan alat penggiling.
Ia juga menambahkan pemerintah harus tegas terhadap para pedagang bakso yang menjual bakso daging oplosan. “Karena gilingannya itu menggiling antara daging yang halal dan babi disitu. Oleh karena itu kita sedang melakukan penelitian,” ungkap KH. Ma'ruf Amin.
Sementara itu Sarmiah, seorang pedagang bakso di kawasan Tanah Abang, Jakarta, berpendapat bahwa selama bertahun-tahun ia dan suaminya menjual bakso, baru kali ini dagangannya terpengaruh oleh isu bakso daging oplosan sehingga pembeli berkurang. “Saya nggak tau apa-apa, cuma taunya jual saja,” kata Sarmiah.
Pemerintah menargetkan impor daging sapi tahun depan sebanyak 80 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan daging sapi nasional yang diperkirakan mencapai 105 ribu ton. Impor daging sapi yang masuk ke Indonesia selama ini terbesar dari Australia disusul Selandia Baru, Amerika Serikat dan Singapura.
“Segera realisasikan izin impornya sesuai dengan rekomendasi 90 sekian itu. Dengan demikian, dia sudah bisa bikin plan bahwa 'oh kalau begitu saya sudah bisa lepas stok saya yang ada sekarang'. Mudah-mudahan kita berharap begitu,” kata Bayu Krisnamurthi.
Kelangkaan daging sapi dalam tiga bulan terakhir sehingga harga daging sapi semula sekitar Rp 75 ribu per kilogram menjadi sekitar Rp 150 ribu per kilogram menurut Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simanjorang akibat pemerintah membatasi impor daging sapi.
Jika tahun-tahun sebelumnya pemerintah mengimpor daging sapi sekitar 80 ribu ton, sepanjang tahun 2011 turun menjadi 35 ribu ton karena pemerintah ingin produksi daging sapi lokal ditingkatkan sebagai proses target swasembada daging sapi tahun 2014. Namun menurutnya ternyata pemerintah belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi nasional.
Ia juga menilai beredarnya bakso di beberapa tempat di Jakarta dan sekitarnya yang ternyata merupakan campuran daging sapi dan daging babi hutan karena daging sapi semakin langka sehingga harga terus naik dan para penjual bakso tidak mampu membeli daging sapi dalam jumlah banyak.
“Kami dari Komite Daging Sapi Jakarta Raya sudah meminta kepada Gubernur DKI Jakarta supaya kita diberikan kuota khusus untuk DKI Jakarta (sebanyak) 50 ribu ton tahun depan. Kita minta itu supaya tidak terjadi lagi kasus seperti ini," kata perwakilan dari Komite Daging Sapi Jakarta Raya. "Kita lihat pada 2011 ketika daging normal, harganya normal, supplynya lancar, nggak ada yang namanya oplosan-oplosan karena lancar semuanya,” tambah mereka.
Terkait masalah beredarnya bakso daging oplosan, hingga kini polisi bekerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM aktif melakukan inspeksi mendadak terhadap para pedagang bakso dan penggiling daging.
Beredarnya bakso daging oplosan juga mendapat respon Majelis Ulama Indonesia atau MUI. Koordinator Ketua Harian MUI, KH. Ma’ruf Amin menegaskan MUI akan meneliti lebih mendalam karena dikhawatirkan adanya unsur sengaja yang dilakukan para penggiling daging untuk tidak memisahkan alat penggiling.
Ia juga menambahkan pemerintah harus tegas terhadap para pedagang bakso yang menjual bakso daging oplosan. “Karena gilingannya itu menggiling antara daging yang halal dan babi disitu. Oleh karena itu kita sedang melakukan penelitian,” ungkap KH. Ma'ruf Amin.
Sementara itu Sarmiah, seorang pedagang bakso di kawasan Tanah Abang, Jakarta, berpendapat bahwa selama bertahun-tahun ia dan suaminya menjual bakso, baru kali ini dagangannya terpengaruh oleh isu bakso daging oplosan sehingga pembeli berkurang. “Saya nggak tau apa-apa, cuma taunya jual saja,” kata Sarmiah.