Kurang dari dua bulan sejak berkuasa, pemerintah pasca-junta Thailand berusaha menangkis serangkaian penentangan terhadap keberadaannya, termasuk badai politik seputar kegagalan Kabinet untuk mengucapkan sumpah jabatan secara lengkap.
Pemilihan umum pada Maret mengembalikan pemimpin kudeta pada 2014, PM Prayut Chan-ocha, ke kursi kekuasaan di tengah-tengah kritik luas bahwa junta militer pimpinannya memanipulasi pemilihan untuk memenangkannya.
Dua bulan kemudian Thailand menobatkan raja baru, Maha Vajiralongkorn, yang telah melakukan konsolidasi kekuatan di Istana Kerajaan sejak kematian bapaknya, Raja Bumibol Aduyadej pada 2016.
Sementara itu pertumbuhan PDB negara itu anjlok ke tingkat terendah.
Analis memperkirakan pengadilan Thailand akan menyelamatkan pemerintahan baru Prayut dari kejatuhan. Namun, mereka mengatakan, pertikaian di majelis rendah Parlemen minggu depan seputar pengambilan sumpah yang tidak sempurna akan semakin merusak citra pemerintah, apalagi kalau ekonomi Thailand terus menurun. (jm/ka)