Kurang dari seminggu setelah kepresidenan Joe Biden, perubahan besar sedang berlangsung di Pentagon sementara presiden baru AS dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin yang baru dilantik berupaya membatalkan berbagai perubahan yang dibuat oleh mantan Presiden Donald Trump.
Didampingi oleh para pejabat tinggi militer, Presiden Joe Biden, dengan goresan pena, membatalkan salah satu kebijakan pendahulunya yang lebih memecah belah, larangan bagi individu transgender yang bertugas di militer.
“Apa yang saya lakukan adalah memungkinkan semua orang Amerika yang memenuhi syarat untuk mengabdi pada negara mereka dalam militer,” kata Joe Biden.
Di Twitter, Menteri Pertahanan Lloyd Austin memuji langkah tersebut, dan menyebutnya tidak hanya hal yang benar tetapi juga hal yang cerdas untuk dilakukan.
Perintah eksekutif hari Senin itu merupakan langkah terbaru oleh pemerintahan baru untuk membantu militer Amerika mengubah arah sejak Austin pertama kali tiba di Pentagon pada Jumat lalu, menepati janji yang diberikannya kepada para anggota Senat seminggu sebelumnya dalam sidang konfirmasi.
“Kita juga berkewajiban menyediakan untuk orang-orang kita lingkungan kerja yang bebas dari diskriminasi, kebencian, dan pelecehan, dan jika dikonfirmasi, saya akan berjuang keras untuk membasmi pelecehan seksual dan menyingkirkan jajaran anggota militer yang rasis dan ekstremis.”
Austin telah mengeluarkan memo yang menuntut tindakan terhadap para pelaku pelecehan seksual.
Namun membuat kemajuan dalam mengatasi masalah ekstremisme yang semakin meningkat, dibuktikan dengan jumlah mantan anggota militer yang mengambil bagian dalam pengepungan gedung Capitol tanggal 6 Januari lalu mungkin lebih sulit, seperti dikatakan oleh Colin Clarke, Direktur Kebijakan dan Riset di The Soufan Group.
“Kita harus melangkah lebih jauh dari sekedar melakukan pemeriksaan individu yang memiliki tato neo-Nazi. Pemeriksaan pasti lebih dari itu. Harus ada penyelidikan yang lebih luas tentang apa yang dilakukan secara online oleh anggota militer yang baru maupun yang sudah aktif.”
Namun, Austin menghadapi tantangan lain, serta berjanji untuk membantu tanggapan Amerika terhadap pandemi virus corona.
Dia juga telah menjangkau sekutu-sekutu utama Amerika sementara juga menghadapi pilihan kritis tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya di Irak dan Afghanistan, di mana jumlah pasukan Amerika turun ke posisi terendah selama bertahun-tahun, dan di Afrika, di mana jumlah militer Amerika juga telah menyusut.
Sementara itu, ketegangan juga meningkat dengan Rusia, dan demikian pula dengan adanya kekhawatiran tentang Korea Utara, Iran, dan China.
Bradley Bowman, pakar dari lembaga studi pembelaan demokrasi, Foundation for the Defense of Democracies, mengatakan, “Saya akan menempatkan China di urutan teratas. Saya melihat China sebagai ancaman utama. Dalam beberapa kasus, dan rakyat Amerika serta sekutu-sekutu kita di seluruh dunia perlu memahami hal ini, China telah menggunakan sistem yang sama baiknya atau lebih baik dari yang kita miliki.”
Dan itu hanyalah sebagian dari daftar tugas yang panjang untuk menteri pertahanan baru Amerika. [lt/jm]