Para pemilih di Republik Afrika Tengah tampaknya menyetujui dengan selisih suara besar konstitusi baru untuk menghentikan kekerasan selama tiga tahun antara warga Muslim dan Kristen.
Hasil-hasil pendahuluan dari referendum hari Minggu (13/12) menunjukkan 90 % memilih mendukung.
Pemungutan suara di beberapa bagian negara itu dimana milisi mengancam melakukan kekerasan termasuk di lingkungan Muslim di Bangui di tunda. Kartu-kartu suara belum dihitung.
Palang Merah mengatakan lima orang tewas dan sekurangnya 20 lainnya cedera hari Minggu sementara para pendukung dan penentang referendum itu saling tembak di Bangui.
Ratusan orang berbaris menuju markas penjaga perdamaian PBB di ibukota hari Rabu menuntut agar ”musuh-musuh perdamaian” diusir.
Jika disahkan konstitusi baru itu akan membatasi masa jabatan presiden selama lima tahun menjadi dua periode, menghentikan kekuasaan militer dan memastikan kebebasan beragama.
Pemilu presiden dan parlemen yang baru dijadwalkan akhir bulan ini.
Ribuan orang tewas dan ratusan ribu mengungsi dari tempat tinggal mereka sejak pemberontak Muslim Seleka sempat merebut kekuasaan di CAR dan menggulingkan Presiden Francois Bozize. Ini mengakibatkan bangkitnya milisi Kristen dan perang brutal antara warga Kristen dan Muslim.
Warga Kristen marah dengan keputusan yang melarang Bozize mencalonkan diri dalam pemilu mendatang.
Pasukan penjaga perdamaian kini berada di CAR dan Paus Fransiskus bulan lalu berkunjung serta mendesak perdamaian. [my/jm]