Pejabat keamanan pemilu AS sedang menyiapkan publik Amerika untuk menghadapi skenario terburuk pemilihan presiden 3 November yaitu banjir disinformasi, beberapa jam setelah pemungutan suara ditutup. Ini dikhawatirkan akan menimbulkan keraguan mengenai hasil dan proses itu sendiri sementara pemilih menunggu untuk mengetahui siapa yang akan memimpin negara selama empat tahun ke depan.
Yang membuat masalah menjadi lebih genting, para pejabat juga memperingatkan potensi serangan kemungkinan akan meluas, dan dirancang untuk membuat orang Amerika curiga terhadap informasi apa pun yang mereka peroleh bahkan dari sumber yang biasanya terpercaya sekalipun.
“Aktor asing dan penjahat dunia maya bisa membuat situs web baru, mengubah situs web yang ada, dan membuat atau berbagi konten media sosial yang sesuai untuk menyebarkan informasi palsu,” kata Biro Investigasi Federal (FBI) dan Badan Keamanan Siber dan Keamanan Informasi (CISA) memperingatkan dalam pengumuman layanan publik yang keluar Selasa (22/9) malam.
"FBI dan CISA mendesak publik Amerika untuk mengevaluasi secara kritis sumber informasi yang dikonsumsi dan mencari informasi yang bisa diandalkan dan diverifikasi dari sumber terpercaya, seperti pejabat pemilihan lokal dan negara bagian," kata pengumuman itu.
“Masyarakat juga harus menyadari jika aktor asing atau penjahat dunia maya berhasil mengubah situs web terkait pemilu, data yang melandasinya dan sistem internal akan tetap tidak bisa diubah.
Ketakutan ini bukanlah hal baru. Selama berbulan-bulan, pejabat keamanan pemilu federal dan negara bagian telah mencoba untuk mempersiapkan pemilih, memberi tahu mereka bahwa karena peningkatan penggunaan surat suara akibat pandemi virus corona, kemungkinan perlu beberapa hari sebelum pemenang pemilihan presiden bisa diumumkan.
Pejabat kontraintelijen AS juga telah memperingatkan dalam beberapa bulan terakhir, negara-negara seperti China, Rusia dan Iran, serta aktor dunia maya lainnya, telah melakukan operasi pengaruh untuk "merusak kepercayaan rakyat Amerika dalam proses demokrasi kita."
Tetapi peringatan baru dari FBI dan CISA bertindak lebih jauh lagi dengan menjelaskan bagaimana musuh bisa mencoba menyesatkan publik Amerika di internet dan melalui media sosial.
Menutup gelombang disinformasi saat pemungutan suara berakhir bisa menjadi tantangan.
Meski demikian sebagian pejabat pemilu mendapat harapan dengan kesediaan perusahaan media sosial untuk bertemu dengan mereka secara berkala selama beberapa bulan terakhir untuk menangani kampanye disinformasi, dengan beberapa upaya yang telah membuahkan hasil. [my/jm]