Presiden China Xi Jinping tiba di Afrika, Sabtu (21/7) dalam lawatan ke empat negara di sana untuk mengupayakan hubungan ekonomi dan militer yang lebih, dalam sementara saingannya dalam perang dagang yang sengit, pemerintahan Trump, menunjukkan minat yang kecil terhadap benua berpenduduk terbanyak kedua di dunia itu.
Ini adalah lawatan ke luar negeri pertama Xi sejak menduduki masa jabatan yang kedua pada Maret lalu dengan batas masa jabatan yang dihapus. Ini memungkinkan Xi untuk berkuasa selama ia menghendakinya. Hal ini terdengar biasa bagi sebagian pemimpin Afrika yang telah lama berkuasa.
China adalah mitra dagang terbesar Afrika, dan telah membuka pangkalan militer pertamanya di benua itu tahun lalu di Djibouti, negara di kawasan Tanduk Afrika. Djibouti bulan ini meluncurkan suatu zona perdagangan bebas dukungan China yang disebut sebagai yang terbesar di Afrika. Setelah melampaui Amerika dalam hal penjualan senjata ke Afrika dalam beberapa tahun belakangan, China bulan ini menjadi tuan rumah forum pertahanan pertama China-Afrika yang diikuti puluhan pejabat militer Afrika.
Xi singgah di Senegal dan kemudian Rwanda sebelum menghadiri KTT negara-negara yang ekonominya berkembang, BRIC, di Afrika Selatan, yang dimulai Rabu mendatang.
KTT ini berlangsung di tengah-tengah perang dagang Amerika dengan China yang melibatkan miliaran dolar dan perundingan dagang yang alot dengan mitra-mitra ekonomi pentingnya. Bulan lalu para menteri luar negeri dari anggota BRIC (Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) mengritik apa yang mereka sebut “gelombang baru proteksionisme” , dengan mengatakan tindakan Amerika mengganggu perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global. [uh]