Kongres Koblenz mempertemukan calon presiden Perancis Marine Le Pen dari Partai Front Nasional, Geert Wilders dari Partai Kebebasan (PVV) Belanda, Matteo Salvini dari Liga Utara Italia, Frauke Petry dari Alternatif untuk Jerman (AfG) yang berusia 4 tahun, Harald Vilimsky, Sekertaris Jenderal Partai Kebebasan sayap kanan Austria, yang tahun lalu dengan selisih tipis gagal memenangkan pemilihan presiden Austria, dan para pemimpin Eropa lain yang sepandangan.
“Saya yakin kita sedang menyaksikan saat bersejarah,” kata pemimpin anti-Islam Belanda Geert Wilders kepada para wartawan. “Dunia sedang berubah. Eropa sedang berubah. Dan rakyat mulai memimpin lagi.”
Trump “adalah pemenang, kita adalah pemenang: Frauke Petry, Marine Le Pen, Geert Wilders, kita semua di sini pemenang,” kata Vilimsky mengatakan kepada kira-kira 1000 orang hadirin.
Masih mengacu pada kemenangan Trump, Le Pen mengatakan “tahun 2016 adalah tahun ketika dunia Anglo-Saxon bangkit. Dan April 2017, saya yakin, akan menjadi tahun kebangkitan rakyat benua Eropa,” katanya.
Para pembicara juga mengutuk “Islam politis” dan mata uang bersama Eropa, euro, yang dicap Salvini “eksperimen kejahatan yang gagal.”
Setelah semakin berani berkat hasil referendum Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, para pemimpin populis kanan jauh atau yang disebut “para politisi teratas Eropa baru,” mengadakan pertemuan dengan semboyan “Kebebasan bagi Eropa.” Mereka bertujuan memperkuat hubungan antara partai-partai mereka yang sepandangan, sebagaimana pernah lakukan sebelumnya. [gp]