Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan, pada Selasa (21/11), bahwa gerakan militannya mendekati kesepakatan gencatan senjata dengan Israel, menurut sebuah pernyataan yang diposting di Telegram.
“Kami hampir mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata,” kata Haniyeh, menurut postingan tersebut.
Para perunding telah berupaya untuk mencapai kesepakatan yang memungkinkan pembebasan sekitar 240 sandera, yang sebagian besarnya adalah warga Israel yang ditangkap pada 7 Oktober dalam serangan paling mematikan terhadap Israel dalam sejarah negara itu.
Militan Hamas juga membunuh sekitar 1.200 orang selama serangan lintas batas tersebut, sebagian besarnya warga sipil.
Israel lantas meluncurkan serangan bom tanpa henti dan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan tersebut, dan bersumpah akan menghancurkan Hamas dan menjamin pembebasan para sandera.
Menurut pemerintah Hamas di Gaza, perang itu telah menewaskan lebih dari 13.300 orang, ribuan di antaranya anak-anak.
Negosiasi intensif yang dimediasi oleh Qatar, di mana Hamas memiliki kantor dan tempat Haniyeh bermarkas, telah berlangsung.
Perdana menteri Qatar pada hari Minggu (19/11) mengatakan bahwa kesepakatan untuk membebaskan beberapa sandera dengan imbalan gencatan senjata sementara masih terganjal beberapa masalah praktis “kecil.”
Pada Senin (20/11), Presiden AS Joe Biden meyakini kesepakatan untuk pembebasan sandera sudah dekat.
“Saya yakin demikian,” kata Biden ketika ditanya apakah kesepakatan mengenai para sandera sudah dekat.
Biden kemudian menyilangkan jari, mengisyaratkan bahwa ia mengharapkan keberuntungan.
Dua orang sumber yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan kepada AFP bahwa kesepakatan tentatif tersebut mencakup gencatan senjata selama lima hari, yang terdiri dari gencatan senjata di lapangan dan pembatasan operasi udara Israel di Gaza selatan.
Sebagai imbalannya, sekitar 50 hingga 100 sandera yang disekap Hamas dan Jihad Islam – sebuah kelompok militan Palestina terpisah – akan dibebaskan.
Mereka termasuk warga sipil Israel dan warga negara asing lainnya, namun bukan personel militer.
Di bawah kesepakatan yang diusulkan, sekitar 300 warga Palestina akan dibebaskan dari penjara Israel, di antaranya perempuan dan anak-anak.
Gedung Putih mengatakan perundingan itu berada pada tahap “akhir,” namun menolak menjelaskan lebih jauh, karena khawatir dapat membahayakan kesuksesan hasil negosiasi. Secara terpisah, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan pada Senin bahwa presidennya telah mengunjungi Qatar untuk bertemu dengan Haniyeh Hamas “untuk memajukan isu-isu kemanusiaan yang terkait dengan konflik bersenjata di Israel dan Gaza.”
Dalam sebuah pernyataan, organisasi yang bermarkas di Jenewa itu mengatakan pihaknya terus “meminta perlindungan mendesak bagi semua korban konflik dan pengentasan situasi kemanusiaan yang membawa bencana di Jalur Gaza.”
Organisasi itu juga mengatakan pihaknya “terus-menerus menyerukan pembebasan para sandera sesegera mungkin.” [rd/rs]
Forum