Pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam yang terpojok mengatakan ia tidak berniat mengundurkan diri untuk mengakhiri demonstrasi antipemerintah yang memanas yang telah mengguncang kota itu selama tiga bulan. Ia juga membantah laporan bahwa para pemimpin China telah menghalanginya untuk mundur, seraya menyatakan ia ingin menyelesaikan sendiri masalah politik kota itu.
Lam menanggapi laporan kantor berita Reuters mengenai rekaman suara di mana ia memberitahu sekelompok pemimpin bisnis pekan lalu bahwa ia telah menimbulkan “malapetaka” karena mengajukan rancangan undang-undang ekstradisi yang kontroversial yang memicu protes. Ia memberitahu kelompok tersebut bahwa ia akan meminta maaf atas tindakan itu dan mengundurkan diri jika ia punya pilihan.
Tetapi Lam memberitahu para wartawan hari Selasa bahwa ia “bahkan belum merenungkan“ pembahasan tentang pengunduran dirinya dengan para pemimpin China. Ketika ditanya apakah Beijing menghalanginya untuk mundur, Lam mengatakan ia “belum pernah mengajukan pengunduran diri kepada pemerintah pusat.”
Ia mengatakan dilansirnya rekaman tersebut “tidak dapat diterima sama sekali.”
Warga Hong Kong menyatakan rekaman itu mengukuhkan apa yang dikatakan para ilmuwan politik dan demonstran bahwa meskipun Hong Kong memiliki konstitusi terpisah, Beijinglah yang memimpin kota itu. Diakhirinya krisis politik akan berlangsung atas perintah Beijing.
Sebagian kalangan telah menyatakan khawatir mengenai kemungkinan intervensi militer China yang mirip dengan penumpasan terhadap protes di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989.
Dalam rekaman suara itu,. Lam berusaha menenangkan para pemimpin bisnis bahwa pemerintah Beijing sama sekali tidak puna rencana mengirim Tentara Pembebasan Rakyat. [uh/ab]