Protes-protes terjadi di sejumlah universitas dan di berbagai kota di Iran pada Sabtu (19/11), sementara Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan bahwa "musuh-musuh" negara itu mungkin berusaha memobilisasi para pekerja, setelah gagal menggulingkan pemerintah dalam kerusuhan selama lebih dari dua bulan.
Protes-protes itu semakin meningkat dan membuat frustasi para pejabat. Mereka telah menuduh musuh-musuh asing Iran dan agen-agen mereka telah mendalangi berbagai kerusuhan.
"Hingga detik ini, syukurlah, musuh-musuh telah dikalahkan. Namun, para musuh punya trik baru setiap hari, dan dengan kekalahan hari ini, mereka mungkin akan menarget kelas-kelas berbeda seperti pekerja dan perempuan," kata TV milik pemerintah yang mengutip Khamenei.
Perempuan dan mahasiswa telah memainkan peranan penting dalam berbagai aksi unjuk rasa anti-pemerintah. Mereka melepas dan membakar jilbab untuk memprotes aturan ketat berbusana di negara itu.
Gelombang kerusuhan pecah pada September, setelah Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi-Iran, meninggal di tahanan polisi moral negara. Mahsa ditahan polisi karena mengenakan pakaian yang dianggap "tidak pantas."
Protes-protes menyebar ke sektor energi yang penting bulan lalu. Namun, berbagai aksi demonstrasi oleh para pekerja, yang sebagian menuntut upah dan kondisi kerja yang lebih baik, telah dibatasi.
Pada 1979, perpaduan antara protes massal dan aksi mogok para pekerja minyak dan pemilik kios, membantu membawa para ulama berkuasa dalam revolusi Islam Iran. [vm/ft]
Forum