Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas menerima undangan Paus Fransiskus untuk datang ke Vatikan, guna melakukan doa bersama Paus demi perdamaian.
Sebelumnya ketika berbicara di Bethlehem, Tepi Barat hari Minggu (25/5), Paus Fransiskus mengatakan “sudah tiba saatnya bagi setiap orang untuk bersikap berani, jujur dan kreatif” supaya kita bisa mengakhiri “konflik berlarut-larut yang telah menimbulkan banyak luka”.
Di Tel Aviv, Paus Fransiskus disambut Presiden Israel Shimon Peres dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelum melakukan perjalanan ke Yerusalem.
Di Yerusalem, Paus Fransiskus memimpin doa layanan bersama dengan pemimpin Gereja Orthodoks Oikumene di Gereja Makam Kudus di Jerusalem, lokasi yang diyakini umat Kristiani sebagai tempat di mana Jesus disalib dan dikuburkan.
Di Tepi Barat, pemimpin Katholik Roma itu memuji hubungan baik antara Tahta Suci dan apa yang disebutnya sebagai “negara Palestina”. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan ia telah menyampaikan kepada Paus Fransiskus bahwa Israel memaksa warga Kristen dan Islam keluar dari Jerusalem.
Paus Fransiskus juga merayakan misa di Lapangan Palungan Bethlehem – di dekat lokasi yang diyakini umat Kristiani sebagai tempat kelahiran Yesus. Paus Fransiskus kemudian bertemu anak-anak Palestina di kamp pengungsi Deheisheh.
Sebelumnya pada hari Sabtu Paus Fransiskus telah mengadakan pembicaraan dengan Raja Abdullah dan untuk pertama kalinya mendengar penderitaan para pengungsi yang lari dari Irak dan Suriah demi keselamatan mereka dan kini tinggal di kamp-kamp di Yordania.
Hari Senin (26/5) Paus Fransiskus dijadwalkan bertemu dengan Presiden Israel Shimon Peres dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Ia juga akan mengunjungi makam nasional Israel – Mount Herzl – dan tugu peringatan holocaust – Yad Vashem.
Beberapa Paus sebelumnya selalu pergi ke Tepi Barat setelah tiba di Tel Aviv – Israel. Jadwal lawatan Paus Fransiskus kali ini dipandang sebagai persetujuan simbolis terhadap aspirasi warga Palestina untuk memiliki negara sendiri.
Kunjungan Paus ini hanya berselang beberapa pekan setelah putaran terakhir perundingan perdamaian Israel-Palestina gagal mencapai kesepakatan.
Sebelumnya ketika berbicara di Bethlehem, Tepi Barat hari Minggu (25/5), Paus Fransiskus mengatakan “sudah tiba saatnya bagi setiap orang untuk bersikap berani, jujur dan kreatif” supaya kita bisa mengakhiri “konflik berlarut-larut yang telah menimbulkan banyak luka”.
Di Tel Aviv, Paus Fransiskus disambut Presiden Israel Shimon Peres dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelum melakukan perjalanan ke Yerusalem.
Di Yerusalem, Paus Fransiskus memimpin doa layanan bersama dengan pemimpin Gereja Orthodoks Oikumene di Gereja Makam Kudus di Jerusalem, lokasi yang diyakini umat Kristiani sebagai tempat di mana Jesus disalib dan dikuburkan.
Di Tepi Barat, pemimpin Katholik Roma itu memuji hubungan baik antara Tahta Suci dan apa yang disebutnya sebagai “negara Palestina”. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan ia telah menyampaikan kepada Paus Fransiskus bahwa Israel memaksa warga Kristen dan Islam keluar dari Jerusalem.
Paus Fransiskus juga merayakan misa di Lapangan Palungan Bethlehem – di dekat lokasi yang diyakini umat Kristiani sebagai tempat kelahiran Yesus. Paus Fransiskus kemudian bertemu anak-anak Palestina di kamp pengungsi Deheisheh.
Sebelumnya pada hari Sabtu Paus Fransiskus telah mengadakan pembicaraan dengan Raja Abdullah dan untuk pertama kalinya mendengar penderitaan para pengungsi yang lari dari Irak dan Suriah demi keselamatan mereka dan kini tinggal di kamp-kamp di Yordania.
Hari Senin (26/5) Paus Fransiskus dijadwalkan bertemu dengan Presiden Israel Shimon Peres dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Ia juga akan mengunjungi makam nasional Israel – Mount Herzl – dan tugu peringatan holocaust – Yad Vashem.
Beberapa Paus sebelumnya selalu pergi ke Tepi Barat setelah tiba di Tel Aviv – Israel. Jadwal lawatan Paus Fransiskus kali ini dipandang sebagai persetujuan simbolis terhadap aspirasi warga Palestina untuk memiliki negara sendiri.
Kunjungan Paus ini hanya berselang beberapa pekan setelah putaran terakhir perundingan perdamaian Israel-Palestina gagal mencapai kesepakatan.
