Penangkapan pengacara hak asasi manusia China, Lu Siwei di Laos akhir bulan lalu menyoroti risiko yang dihadapi para pembangkang ketika mereka melarikan diri dari China melalui Asia Tenggara.
Meskipun memegang visa Laos dan AS, serta paspor China yang sah, polisi Laos menangkap Lu ketika ia berusaha naik kereta ke Thailand pada 28 Juli. Lu berencana terbang ke AS dari Bangkok untuk bertemu kembali dengan istri dan anak perempuannya.
Analis mengatakan, insiden itu mencerminkan kondisi hak asasi manusia yang memburuk di China dan yurisdiksi di luar Beijing yaitu di Asia Tenggara, yang telah lama menjadi titik transit umum, yang berisiko bagi para pembangkang China yang berusaha melarikan diri dari penindasan di tanah air mereka.
“Upaya pemerintah China untuk memperketat pengawasan terhadap masyarakat sipil, mendorong lebih banyak pembangkang dan kelompok agama yang ditindas untuk meninggalkan negara itu,” kata Bob Fu, pendiri organisasi HAM ChinaAid yang berkantor di Texas, kepada VOA.
Fu menambahkan, “China menggunakan pengaruh ekonominya di negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Laos, dan Myanmar untuk meminta otoritas lokal membantu menangkap dan memulangkan pembangkang atau etnis minoritas yang ditindas, agar kembali ke China.”
Pada 2015, Thailand memulangkan 109 warga Uyghur ke China. [ps/jm]
Forum