Sebuah studi baru mengatakan mengurangi polusi udara bisa mencegah sampai 2,1 juta kematian prematur setiap tahun, sebagian besar di Asia, tetapi juga di negara-negara yang langitnya relatif lebih bersih.
Dampak kesehatan akibat menghirup partikel-partikel kecil yang terendap jauh di dalam paru-paru sejak lama diketahui terkait dengan meningkatnya risiko serangan jantung, stroke, penyakit pernapasan dan kanker paru-paru.
Sebuah tim beranggotakan insinyur lingkungan dan periset kesehatan masyarakat yang berbasis di AS telah mempersiapkan model global baru untuk mempelajari manfaat apa yang didapat orang apabila tingkat polusi udara, yang dikenal dengan PM, dikurangi menjadi sesuai dengan batasan yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Wakil profesor teknik lingkungan pada Universitas Texas, Austin, Joshua Apte, memimpin studi ini.
“Sekitar 75 persen dari jumlah total kematian yang dapat dicegah dengan udara yang lebih bersih bisa dicapai dengan meningkatkan kualitas udara di beberapa wilayah yang polusinya paling buruk di dunia seperti India dan China. Manfaat-manfaatnya bisa sebesar upaya kesehatan masyarakat lain yang kita lakukan secara global seperti mengatasi penyakit-penyakit malaria dan AIDS," jelasnya.
Studi ini memperkirakan mengurangi polusi udara bisa menyelamatkan 1,4 juta jiwa di tempat-tempat seperti India dan China. Tetapi tantangannya besar. Studi mengatakan untuk mengurangi kematian sampai separuh, India dan China perlu mengurangi tingkat polusi sampai hampir 70 persen dari tingkat tahun 2010.
Di beberapa tempat seperti New Delhi, konsentrasi PM terkadang 10 kali lebih tinggi dari yang ditetapkan WHO. Di kedua negara itu terdapat beberapa kota yang polusinya paling buruk di dunia. India memiliki 13 dari 20 kota yang polusinya paling buruk di dunia. Ibukota India, New Delhi, merajai tingkat itu. Studi ini juga memperingatkan bahwa apabila tingkat polusi tidak berubah, tingkat kematian akan naik sampai lebih dari 20 persen di India dan China.
Apte menjelaskan itu disebabkan berubahnya profil demografi negara-negara ini seiring berjalannya waktu. “India dan China adalah contoh negara yang populasinya kini relatif muda, tetapi semakin menua, sementara dampak polusi udara per kapita meningkat, sehingga jumlah orang yang memasuki usia berisiko kena serangan jantung dan stroke bertambah.”
Tetapi membersihkan udara merupakan tantangan besar baik bagi India dan China di mana batu bara masih menjadi sumber utama untuk menghasilkan energi dan di mana jalan-jalan kota semakin dipadati kendaraan miliik keluarga kelas menengah yang jumlahnya semakin meningkat.
Sementara China telah melakukan beberapa upaya untuk membersihkan polusi udara, para pakar khawatir polusi udara bisa memburuk di India, yang ingin menambah jumlah pembangkit listrik tenaga batu bara untuk mendorong ekonominya yang sedang tumbuh.