Raja Salman dari Saudi Arabia, tampil di media pemerintah Minggu (8/3) dalam kondisi dan kesehatan yang baik, beberapa hari setelah penangkapan dua pangeran senior yang memicu spekulasi adanya kemungkinan upaya kudeta atau mundurnya kesehatan raja secara tiba-tiba.
Penangkapan adik laki-laki yang disukai raja, Pangeran Ahmed bin Abdelaziz, dan keponakan sekaligus mantan kepala badan kontraterorisme kerajaan, Pangeran Mohammed bin Nayef, terjadi setelah apa yang disebut sebagai sejumlah perilaku yang provokatif terhadap kepemimpinan di Saudi Arabia.
Sumber tersebut menambahkan penangkapan itu mengirim pesan kepada siapa pun dalam keluarga kerajaan yang merasa tersingkirkan supaya jangan menggerutu dan mematuhi semua peraturan, sebab jika Pangeran Ahmed bisa ditangkap, pangeran mana pun bisa dan akan ditangkap.
Pangeran Ahmed dipandang sebagai panutan bagi para bangsawan apabila merasa jengkel melihat cengkeraman kekuasaan putra mahkota, kata sumber yang mengetahui.
Laporan penumpasan itu muncul Jumat (6/3) pagi. Sejak itu penampilan pertama raja dalam media pemerintah menunjukkan raja berusia 84 tahun, hari Minggu (8/3) berdiri dan menyapa dua diplomat Saudi yang baru disumpah sebagai duta besar. Sebelumnya, hari Kamis (5/3) Raja terlihat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab di Riyadh.
Penangkapan Pangeran Mohammed itu menjadi kejutan, karena pangeran yang berusia 60 tahun itu, diketahui secara umum telah berada di bawah pengawasan ketat sejak ia tergeser dari garis suksesi oleh putra raja pada pertengahan 2017, kata seorang yang dekat dengan keluarga kerajaan.
Penangkapan Pangeran Ahmed, 78 tahun, juga tidak terduga karena ia adalah adik laki-laki kandung raja juga anggota senior keluarga Al Saud yang berkuasa.
Wall Street Journal pertama kali melaporkan penangkapan itu, mengutip beberapa sumber yang tidak disebutkan namanya yang dekat dengankerajaan yang mengemukakan rencana kudeta para pangeran terhadap istana untuk menghentikan pangeran mahkota naik tahta. Sejak itu Wall Street Journal melaporkan penyisiran diperluas dan melibatkan puluhan pejabat Kementerian Dalam Negeri, perwira senior Angkatan Darat dan lainnya yang dicurigai mendukung upaya kudeta tersebut. [mg/ii]