Sekitar 330 penduduk desa Houaygno yang tinggal di tepi kelokan sungai Mekong di Laos utara sedang bersiap-siap untuk mengungsi. Hal tersebut terkait dengan perusahaan listrik Vietnam yang telah memilih tempat itu untuk membangun bendungan pembangkit listrik Luang Prabang yang bernilai tiga milyar dollar.
Pembangunan bendungan yang akan menghasilkan 1,4 megawatt listrik itu akan dimulai tahun depan. Kawasan tersebut nantinya akan menjadi danau besar mencakup 23 desa yang ditinggali oleh 10 ribu. Penduduk desa itu telah diberi tahu supaya bersiap-siap pindah ke tempat lain.
Menurut penduduk, pemerintah dan pejabat perusahaan listrik PetroVietnam Power itu telah menjanjikan ganti rugi penuh untuk tanah dan rumah mereka, tapi banyak penduduk yang tidak percaya.
“Kami tidak percaya pada mereka, karena kami tahu apa yang terjadi ketika mereka membuat bendungan lainnya sebelum ini. Penduduk dijanjikan akan mendapat ganti rugi tapi itu tidak terjadi,” kata seorang petani, Houaygno.
Di tepi sungai, para pekerja sedang mengebor tanah untuk memeriksa apakah lapisan batu dibawanya cukup kuat untuk menyangga tiang-tiang beton yang akan mendukung bendungan itu nantinya.
Ketidakpercayaan penduduk tentang ganti rugi yang dijanjikan itu tercermin dari pernyataan seorang penduduk desa yang tidak mau disebut namanya.
“Saya dengar ada orang yang tadinya tinggal di kawasan bendungan Xayaburi bahwa mereka tidak mendapat ganti rugi apapun," katanya.
Bendungan Xayaburi yang terletak lebih ke hilir dari Houaygno, adalah bendungan listrik pertama yang dibangun di Laos pada tahun 2010. Bendungan Luang Prabang yang akan segera dibangun itu adalah yang ke lima.
Pemerintah Laos mengatakan empat PLTA lagi akan dibangun di sepanjang sungai Mekong, untuk menjadikan Laos sebagai “batereinya Asia”. Sebagian listrik yang dihasilkan oleh PLTA itu akan dijual kepada negara tetangga Laos, yang juga ikut menyumbang ongkos pembangunannya.
Komisi Sungai Mekong, badan antar-negara yang mewakili negara-negara yang dialiri sungai Mekong di sebelah selatan China memperingatkan akan terjadinya kerusakan sosial dan ekonomi yang tidak akan bisa diperbaiki kalau semua PLTA itu selesai dibangun, termasuk penurunan drastis jumlah ikan.
Kelompok-kelompok HAM mendesak pemerintah Laos untuk bertindak supaya tidak terjadi bencana bagi jutaan penduduk yang hidupnya tergantung dari aliran sungai Mekong itu. [ii/em]