Sebagian besar metode desalinasi di dunia menggunakan proses yang disebut osmosis terbalik. Metode ini menggunakan tekanan untuk memaksa air laut melewati membran atau selaput. Garamnya ditahan di salah satu sisi, dan air yang dimurnikan dialirkan di sisi lainnya.
Para peneliti di Australia National University (ANU) mengatakan, meskipun digunakan luas, proses yang sekarang ini memerlukan sejumlah besar energi listrik dan bahan-bahan mahal lain yang perlu dirawat dan dipelihara.
Para ilmuwan di ANU mengatakan mereka mengembangkan metode desalinasi termal pertama di dunia. Metode ini tidak menggunakan energi listrik, tetapi dengan panas moderat yang diperoleh secara langsung dari sinar matahari, atau limbah panas dari mesin-mesin seperti AC atau proses industri lainnya.
Metode ini menggunakan fenomena yang disebut difusi termo, yang melibatkan garam bergerak dari suhu panas ke suhu dingin. Para peneliti memompa air laut melalui saluran sempit, yang mengalir di bawah unit yang dipanaskan hingga lebih dari 60 derajat Celsius dan melewati pelat dasar yang didinginkan hingga 20 derajat Celsius. Air berkadar garam lebih rendah berasal dari air di bagian atas saluran, lebih dekat dengan sumber suhu panas.
Setelah siklus berulang kali melewati saluran itu, hasil penelitian ANU menunjukkan, kadar garam air laut dapat dikurangi dari 30 ribu ppm (part per million) menjadi kurang dari 500 ppm.
Peneliti utama yang memimpin proyek ini adalah Juan Felipe Torres, insinyur mesin dan insinyur ruang angkasa di ANU.
Ia berbicara mengenai kepada VOA mengenai karya rintisannya.
“Kami menggunakan fenomena yang tidak orang gunakan sebelumnya. Kami menjajaki penerapannya dalam konteks ini tetapi pada dasarnya ini harus menjadi sesuatu yang supersederhana, sesuatu yang sesederhana saluran di mana kita mengalirkan air melewatinya dan kita akan menghasilkan semacam pemisahan. Inilah yang terjadi pada proses desalinasi termal," kata Torres.
Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyatakan bahwa pada 2025, 1,8 miliar orang di seluruh dunia kemungkinan besar menghadapi “kelangkaan air absolut.”
Torres mengatakan penemuan ANU ini dapat membantu memastikan pasokan air ke komunitas-komunitas yang terancam oleh perubahan iklim.
“Visi kami, katakanlah, bagi masa depan untuk menciptakan dunia yang lebih adil dalam hal ketahanan air dan ketahanan makanan adalah suatu metode yang tidak memerlukan perawatan yang mahal atau pelatihan personel untuk terus menjalankannya. Jadi, saya pikir, desalinasi termal akan memungkinkan itu," papar Torres.
Tim ANU membangun perangkat tenaga surya multisaluran untuk mendesalinasi air laut di kerajaan Tonga di Pasifik, yang mengalami kekeringan hebat.
Riset ini diterbitkan di jurnal "Nature Communications." [uh/ab]
Forum