Paling sedikit 14 orang tewas dan 17 lainnya cedera pada Rabu ketika tiga orang bersenjata menyerang sebuah pusat pelatihan orang cacad di San Bernardino, California dan mulai menembak.
Beberapa jam kemudian polisi menembak dan menewaskan tersangka di sebuah daerah dekat Redlands, California, ketika petugas menemukan sebuah SUV yang dipakai orang bersenjata itu untuk melarikan diri. Satu petugas cedera dalam baku tembak, tetapi diperkirakan akan pulih.
Kepala polisi San Bernardino, Jarrod Burguan mengatakan kedua tersangka yang tewas adalah seorang laki-laki dan perempuan yang mengenakan pakaian penyerang dan dipersenjatai dengan senapan dan pistol.
Tidak ada informasi siapa mereka dan bagaimana hubungan mereka satu sama lain.
Tersangka ketiga ditangkap ketika berusaha melarikan diri dari lokasi baku tembak dekat SUV itu. Burguan mengatakan, tidak jelas apakah dia salah satu buronan bersenjata atau seseorang yang berusaha mencari tempat yang aman.
Burguan menggambarkan penembakan ini sebagai kasus “terorisme domestik,” tetapi mengatakan, dia tidak tahu apa motifnya. Katanya, kemungkinan adanya pertikaian di tempat pekerjaan sedang ditelusuri. Burguan tidak mengatakan apakah penembak yang tewas atau yang cedera itu bekerja di pusat pelatihan itu atau adalah klien pusat itu.
Seorang pejabat FBI di lokasi mengatakan, dia tidak bersedia mengatakan, apakah serangan ini terkait dengan terorisme internasional. Katanya, penyelidikan menemukan apa yang disebutnya petunjuk potensial yang bisa mengarah kesana, tetapi penguasa akan mengikuti jejak bukti ke mana saja. San Bernardino sekitar satu jam timur dari LA.
Sarana ini, the Inland Regional Center, didirikan lebih dari 40 tahun lalu untuk membantu orang-orang yang cacad.
Dalam komentarnya kepada televisi CBS, Presiden Barak Obama mengatakan, Amerika memiliki pola penembakan masal yang tidak ada tandingannya di negara lain.
Katanya, ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk membuat warga Amerika lebih aman, dan ditambahkannya, pada setiap tingkatan pemerintahan pejabat harus bekerja sama dalam semangat bipartisan guna mengusahakan insiden penembakan seperti itu lebih jarang terjadi.
Dua kandidat presiden Amerika bereaksi di Twitter. Hillary Clinton mengatakan, dia menolak ini “sebagai sesuatu yang normal. Kita harus mengambil langkah guna menghentikan kekerasan dengan senjata sekarang juga.”
Kandidat Republik Donald Trump mengatakan, penembakan ini “kelihatan buruk sekali.” Dia berharap para petugas di lokasi berhasil menguasai keadaan, dan ini merupakan saat-saat di mana kita merasa polisi demikian “berharganya.”
Penembakan ini terjadi kurang dari seminggu setelah seorang bersenjata menewaskan tiga orang dan melukai 9 lainnya dalam insiden penembakan di klinik Planned Parenthood di Kolorado Springs. Pada Oktober, seorang bersenjata menewaskan sembilan orang di sebuah universitas di Oregon, dan pada Juni, seorang bersenjata kulit putih menewaskan sembilan umat gereja berkulit hitam di South Carolina. [my/jm]