Tautan-tautan Akses

Pengamat Khawatirkan Konsesi AS Upayakan Normalisasi Israel-Arab Saudi


Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden AS Joe Biden berjabat tangan di samping Perdana Menteri India Narendra Modi pada KTT G20 di New Delhi, India, 9 September 2023 lalu (foto: ilustrasi).
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden AS Joe Biden berjabat tangan di samping Perdana Menteri India Narendra Modi pada KTT G20 di New Delhi, India, 9 September 2023 lalu (foto: ilustrasi).

Saat pemerintahan Biden mendesak untuk memajukan kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik Israel-Arab Saudi, sejumlah pengamat melihat bakal timbulnya masalah jika Amerika terlalu banyak mengumbar janji untuk mewujudkan kesepakatan itu.

Pemerintahan Biden bekerja sama dengan Arab Saudi dan Israel dalam paket kesepakatan dan konsesi yang memungkinkan kedua musuh sejak lama itu memulihkan hubungan diplomatik mereka. Amerika mengatakan masih banyak hal yang perlu didiskusikan agar kesepakatan semacam itu dapat tercapai.

Namun, analis David Ottaway di Wilson Center, Washington DC, menyampaikan beberapa pertanyaan tentang prospek kesepakatan itu. Dalam tulisannya di “Wilson Center’s Viewpoint Series,” ilmuwan senior itu mengatakan Arab Saudi masih tetap menghendaki adanya jaminan keamanan formal dari Amerika sebagai imbalan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.

Amerika telah memberikan bantuan militer sebesar US$140 miliar dan telah menjadi mitra keamanan utama Arab Saudi.

Hal ini membuat Ottaway bertanya-tanya mengapa Arab Saudi masih menginginkan jaminan ini sekarang.

“Amerika hanya memiliki dua perjanjian dengan negara-negara di luar NATO, yaitu dengan Jepang dan Korea Selatan,” tulis Ottaway seraya menambahkan, “Jika Presiden Joe Biden berkomitmen pada jaminan keamanan, maka ia akan menghadapi pertanyaan serius tentang kapan Amerika dinilai perlu melakukan intervensi. Juga tidak jelas apa saja yang tercakup dalam perjanjian itu yang dapat memicu respon militer Amerika terhadap apa yang oleh Arab Saudi sendiri dinilai sebagai serangan pihak asing.”

Trita Parsi, Wakil Presiden Eksekutif di Quincy Institute yang berkantor di Washington DC, menunjukkan bahwa Arab Saudi tidak hanya menginginkan jaminan keamanan, tetapi juga bantuan program nuklir dari Amerika. Apakah hal ini akan memicu perlombaan senjata di Timur Tengah, tanya Trita dalam forum online institut itu?

“Jika normalisasi terjadi tanpa konsesi-konsesi ini, lain ceritanya. Tetapi ketika kita menambahkan konsesi tertentu untuk mewujudkan normalisasi hubungan ini, maka tidak saja akan menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana hal itu dapat memajukan kepentingan Amerika, tetapi juga mengapa kita harus melakukannya? Jika memang normalisasi hubungan diplomatik ini baik bagi kepentingan Arab Saudi dan Israel sendiri, mengapa Amerika perlu menawarkan konsesi tertentu?,” tanyanya.

Sementara, Ellen Laipson yang mengajar keamanan internasional di George Mason University di Virginia menunjukkan bagaimana Biden telah membuat diplomasi sebagai hal penting dalam kepresidenannya, namun Israel dan Arab Saudi sama-sama tidak ingin ada ikatan dalam sebuah kesepakatan.

“Israel dan Arab Saudi akan sangat senang mendapatkan komitmen baru dari Amerika dan hal ini tidak akan terlalu mempengaruhi kebijakan mereka terhadap Rusia dan China. Mereka akan menuntut kebebasan bertindak,” kata Laipson.

Para pengamat menilai jika Amerika membantu Arab Saudi dalam program nuklirnya, hal ini akan semakin menarik Amerika dalam politik Timur Tengah, dan meningkatkan kekhawatiran bahwa Arab Saudi – maupun musuhnya, Iran – dapat memperoleh senjata nuklir. [em/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG