“Sebagian saya rasakan sebagai harapan,” kata Arash Azizi, seorang peneliti di NYU, yang berada jauh dari tanah airnya, Iran. “Kita saksikan kebangkitan mereka yang terpinggirkan.”
“Tetapi saya lebih banyak memendam kecemasan ketimbang harapan,” tambahnya.
Lebih dari 20 orang telah tewas dan 450 ditangkap sejak gerakan protes di kota-kota seluruh Iran dimulai pada akhir Desember. Analis mengatakan, kalau ini berlanjut, dampaknya tidak saja dirasakan oleh Iran tetapi bisa menyebar ke seluruh kawasan.
Protes yang semula damai bisa berubah menjadi bentrokan, dan negara-negara pesaing Iran mengamati prospek melemahnya pemerintahan disana, demikian menurut Reza Marashi, direktur penelitian di National Iranian-American Council.
Para demonstran menuntut pengakhiran salah urus, nepotisme, dan korupsi, katanya, dan dalam beberapa hari terakhir menyerukan penggantian pemerintahan.
Gerakan kali ini tidak memiliki kepemimpinan yang jelas, dan aktivis yang biasanya aktif di Iran kali ini berdiam diri saja. Belum jelas apakah demonstrasi ini akan berlanjut pada intensitas yang sama seperti minggu lalu, seandainya itu terjadi, menurut Marashi, terlalu dini untuk meramalkan hasilnya. [jm]