Pejabat Kota Tulsa di negara bagian Oklahoma, Amerika Serikat mengumumkan akan melanjutkan kembali uji penggalian kuburan tidak dikenal yang kemungkinan berisi korban pembunuhan masal rasial di kota itu pada 1921.
Penggalian sempat setelah dihentikan pada Maret karena wabah virus corona.
Pembatasan perjalanan selama pandemi telah menyulitkan tim arkeologi mencapai kuburan Oaklawn di Tulsa untuk melakukan pemeriksaan, yang sedianya dimulai 1 April. Survei arkeologi negara bagian itu di Universitas Oklahoma juga melibatkan ilmuwan dari luar negara bagian.
Harian Tulsa World, Selasa (7/7), melaporkan uji penggalian itu diperkirakan akan dimulai Senin (13/7) depan.
Wali Kota Tulsa G.T. Bynum mengatakan kotanya berkomitmen meneruskan proyek yang bertujuan mengidentifikasi potensi kuburan tidak dikenal dari puluhan warga kulit hitam yang dibunuh oleh sekelompok massa warga kulit putih di distrik Greenwood Tulsa pada 1921.
"Dalam 99 tahun terakhir, tidak ada kantor atau lembaga pemerintah lainnya yang bergerak sejauh ini dalam penyelidikan yang akan mencari kebenaran mengenai apa yang terjadi di Tulsa pada tahun 1921," kata Bynum. "Ketika kita melanjutkan uji penggalian, kita mengambil semua langkah kewaspadaan untuk melakukannya seaman mungkin."
Pada 31 Mei dan 1 Juni 1921, sekelompok massa kulit putih menjarah dan membakar distrik Black Greenwood di Tulsa. Para penyerang menggunakan pesawat yang digunakan dalam Perang Dunia I untuk menjatuhkan proyektil guna menghancurkan bisnis, rumah, dan gereja di kawasan kulit hitam yang bersejarah itu.
Pembantaian rasial itu menewaskan hingga 300 orang kulit hitam, dan korban selamat dipaksa ke kamp-kamp yang diawasi oleh anggota Garda Nasional.
Sekarang, Wali Kota Tulsa berharap penemuan kuburan itu akan membawa kesembuhan dan keadilan. [my/ft]