Serangan maut Rabu (7/1) di Paris terhadap mingguan satir Perancis Charlie Hebdo adalah yang terbaru dari serangkaian serangan yang ditujukan kepada publikasi Barat yang secara provokatif menggambarkan Nabi Muhammad dalam kartun yang menghina.
Kontroversi ini telah berkobar selama satu dekade, sejak surat kabar Denmark Jyllands-Posten pertama kali menerbitkan 12 kartun editorial yang menggambarkan Nabi Muhammad dan dicetak ulang penerbitan-penerbitan lain di seluruh dunia.
Beberapa bulan kemudian, ketika keberadaan kartun itu diketahui luas di negara-negara Muslim, protes yang diwarnai kekerasan marak, mengakibatkan lebih dari 200 kematian.
Tabloid mingguan Paris Charlie Hebdo, dan editornya Stephane Charbonnier, yang ditembak mati dalam kekerasan terbaru itu, berada pada barisan terdepan dalam menguji batas-batas hak kebebasan berekspresi yang umum di negara-negara Barat. Namun, banyak pihak Muslim dengan marah menentang karikatur kartun Nabi Muhammad dan komentar satir menyindir Islam.
Charlie Hebdo menerbitkan kartun-kartun Denmark itu dan kemudian mengganti nama salah satu edisinya menjadi "Syariah Hebdo" dan menyebut Muhammad sebagai editornya. Tapi publikasi itu juga melontarkan ejekan ke Gereja Katolik Roma terkait skandal pelecehan seksual anak oleh para pastur dan juga ke sejumlah politisi.
Kelompok-kelompok Muslim menuduh Hebdo rasis setelah edisi “Sharia Hebdo” itu dan kantor tabloid tersebut dibom tahun 2011. Tabloid itu berhasil membela diri dari tuduhan rasisme, dengan mengatakan bahwa berdasarkanh hukum Perancis, tabloid itu menggunakan kebebasan berbicara dan jaminan pemisahan gereja dan negara, serta hak untuk mengkritik agama.
Charbonnier mengatakan kepada seorang pewawancara tiga tahun yang lalu bahwa tak ada yang peduli ketika koran itu mengejek Katolik tradisionalis, tapi diserang ketika menerbitkan satir Muslim. "Ini aturan baru ... tapi kami tidak akan mematuhinya," katanya. Bahkan pada hari ketika Charbonnier tewas, Charlie Hebdo menerbitkan kartun satir di media sosial yang menggambarkan pemimpin Negara Islam Abu Bakr al-Baghdadi sebagai pemberi selamat tahun baru.
Kartunis Swedia Lars Vilks menjadi sasaran sebuah rencana pembunuhan internasional karena menggambaran Nabi Muhammad sebagai anjing pada tahun 2007, dan kemudian diserang oleh pengunjuk rasa tahun 2010 ketika ia mempertontonkan sebuah film Iran yang menggambarkan Nabi memasuki bar kaum gay. Vilks mengatakan bahwa untuk menangkal penyerang ia memasang jebakan di rumahnya sendiri dan tidur dengan kapak di samping tempat tidurnya.
Ketika besarnya serangan di Paris itu tersiar hari Rabu, Jyllands-Posten mengatakan stafnya telah meningkatkan keamanan di sekitar kantor di Kopenhagen dan sebuah kota Denmark lain.