SINGAPURA/JAKARTA —
Pendapatan Indonesia dari ekspor minyak merosot jauh di bawah ekspektasi pemerintah dengan menurunnya hasil minyak ke titik terendah dalam 40 tahun terakhir, membuat tekanan terhadap pihak berwenang meningkat untuk mengatasi defisit perdagangan yang meluas akibat subsidi energi yang mendorong konsumsi.
Lapangan tua dan kurangnya penemuan lapangan baru selama bertahun-tahun membuat Indonesia mengekspor lebih sedikit minyak mentah. Pendapatan dari ekspor minyak mentah dan produk minyak untuk dua bulan pertama tahun ini turun 23 persen menjadi US$2,2 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sementara nilai impor minyak naik 16 persen, menurut data dari Biro Pusat Statistik (BPS).
Dengan demikian, defisit perdagangan minyak mencapai $4,9 miliar tahun ini, lebih tinggi dari $3,2 miliar setahun yang lalu.
Anggaran negara untuk 2013 memasukkan target produksi minyak 900.000 barrel per hari, namun badan regulator energi SKKMigas mengatakan produksinya sepertinya hanya akan mencapai rata-rata 830.000 barrel per hari, atau terendah sejak 1969.
Pemerintah mengharapkan penghasilan dari minyak dan gas mencapai sekitar $30 miliar atau 20 persen dari anggaran tahun ini, menurut SKKMigas, jauh lebih rendah dari sepertiga penjualan yang disumbangkan BUMN setiap tahun ketika Indonesia masih menjadi eksportir dan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak OPEC.
Kecuali jika harga dapat mengkompensasi penurunan produksi atau Indonesia dapat mengatasi penurunan produksi, kontribusi minyak dan gas akan terus jatuh. (Reuters/Florence Tan dan Randy Fabi)
Lapangan tua dan kurangnya penemuan lapangan baru selama bertahun-tahun membuat Indonesia mengekspor lebih sedikit minyak mentah. Pendapatan dari ekspor minyak mentah dan produk minyak untuk dua bulan pertama tahun ini turun 23 persen menjadi US$2,2 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sementara nilai impor minyak naik 16 persen, menurut data dari Biro Pusat Statistik (BPS).
Dengan demikian, defisit perdagangan minyak mencapai $4,9 miliar tahun ini, lebih tinggi dari $3,2 miliar setahun yang lalu.
Anggaran negara untuk 2013 memasukkan target produksi minyak 900.000 barrel per hari, namun badan regulator energi SKKMigas mengatakan produksinya sepertinya hanya akan mencapai rata-rata 830.000 barrel per hari, atau terendah sejak 1969.
Pemerintah mengharapkan penghasilan dari minyak dan gas mencapai sekitar $30 miliar atau 20 persen dari anggaran tahun ini, menurut SKKMigas, jauh lebih rendah dari sepertiga penjualan yang disumbangkan BUMN setiap tahun ketika Indonesia masih menjadi eksportir dan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak OPEC.
Kecuali jika harga dapat mengkompensasi penurunan produksi atau Indonesia dapat mengatasi penurunan produksi, kontribusi minyak dan gas akan terus jatuh. (Reuters/Florence Tan dan Randy Fabi)