Berisik, bau, pemalu, dan menjadi pemenang kontes burung tahun ini di Selandia Baru. Itu lah hoiho, jenis penguin bermata kuning.
Hoiho berhasil memenangi pemilihan burung yang berlangsung sengit di negara itu pada Senin (16/9). Kemenangan tersebut dapat memberikan harapan kepada para pendukung burung yang terancam punah itu bahwa pengakuan atas kemenangannya dapat mendorong kebangkitan kembali spesies tersebut.
Kampanye pemilihan Burung Tahunan kali ini digelar tanpa ada skandal campur tangan asing dan kontroversi kecurangan, seperti pada pemilihan sebelumnya. Sebaliknya, para pegiat kontes yang telah berlangsung lama ini mencari suara dengan cara-cara yang biasa, seperti meluncurkan perang meme, mencari dukungan dari selebritas, dan bahkan membuat tato sebagai tanda kesetiaan mereka.
Lebih dari 50.000 orang berpartisipasi dalam jajak pendapat ini, jumlah yang 300.000 lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Saat itu, pembawa acara asal Inggris, John Oliver, melakukan kampanye jenaka untuk pūteketeke, dengan menyebutnya sebagai "burung yang sangat aneh" karena memakan dan memuntahkan bulunya sendiri. Dan, ternyata kampanye itu membuahkan kemenangan telak.
Tahun ini, jumlah suara yang diberikan setara dengan 1 persen dari populasi Selandia Baru — negara yang dikenal dengan lingkungan alamnya yang terjaga dan di mana kecintaan terhadap burung asli telah ditanamkan pada warganya sejak dini.
"Burung adalah hati dan jiwa kami," kata Emma Rawson, yang mengkampanyekan burung ruru, burung hantu cokelat kecil dengan suara melankolis yang menempati posisi keempat. Mamalia asli Selandia Baru hanyalah kelelawar dan spesies laut, sehingga burung-burung sangat disukai.
Pemenang tahun ini, hoiho yang namanya berarti "si tukang teriak" dalam bahasa Maori, adalah burung pemalu yang dianggap sebagai penguin paling langka di dunia. Spesies itu hanya ditemukan di Kepulauan Selatan Selandia Baru dan Chatham, serta di pulau-pulau subantartika di selatan negara itu. Sayangnya, jumlahnya anjlok hingga 78 persen dalam 15 tahun terakhir.
"Sorotan ini datang di saat yang tepat. Penguin ikonik ini menghilang dari daratan Aotearoa di depan mata kita," kata Nicola Toki, Kepala Eksekutif Forest & Bird, sebuah organisasi yang menjalankan jajak pendapat dalam keterangan tertulis. Organisasi itu menggunakan nama Maori untuk Selandia Baru. Meskipun ada upaya konservasi intensif di darat, katanya, burung-burung itu tenggelam di jaring dan laut dan tidak dapat menemukan cukup makanan.
"Kampanye ini telah meningkatkan kesadaran, tetapi yang benar-benar kami harapkan adalah kampanye ini membawa dukungan nyata," kata Charlie Buchan, manajer kampanye hoiho.
Namun, meskipun burung ini sedang berjuang, hoiho berhasil menarik perhatian dalam jajak pendapat: dukungan dari para selebritas mengalir deras, dari ahli zoologi Inggris Jane Goodall, pembawa acara Amazing Race Phil Keoghan, dan dua mantan perdana menteri Selandia Baru.
Para calon manajer kampanye burung — yang tahun ini meliputi perusahaan energi hingga siswa SMA — mengajukan aplikasi ke Forest & Bird untuk menduduki posisi tersebut. Kampanye untuk hoiho, yang melibatkan gabungan kelompok satwa liar, sebuah museum, sebuah pabrik bir, dan sebuah tim rugby di Kota Dunedin, tempat burung tersebut ditemukan di daratan Selandia Baru, menjadi kampanye dengan dukungan terbesar dalam pemilihan 2024.
"Saya merasa kami adalah pihak yang tidak diunggulkan," kata Emily Bull, juru bicara untuk kandidat kedua, yaitu karure, burung robin hitam "goth" kecil yang hanya ditemukan di Pulau Chatham, Selandia Baru.
Upaya untuk mendukung karure dipimpin oleh kelompok mahasiswa di Universitas Victoria di Wellington, yang memicu perselisihan sengit di kampus ketika majalah mahasiswa meluncurkan kampanye melawan kororā, atau penguin biru kecil.
Persaingan ini menyebabkan perang meme dan siswa-siswa yang mengenakan kostum burung, dengan beberapa orang bahkan membuat tato. Saat kampanye majalah mendapatkan dukungan dari dewan kota dan kebun binatang setempat, Bull merasa putus asa terhadap upaya mendukung burung robin hitam.
Namun, karure berhasil meraih posisi kedua secara keseluruhan. Burung itu telah bangkit sejak 1980-an berkat upaya konservasi yang meningkatkan jumlah spesiesnya dari lima menjadi 250 ekor.
Akhir pekan ini, saat Rawson mengakhiri kampanyenya untuk ruru. Manajer kampanye berpengalaman ini, yang pernah mengarahkan kampanye untuk burung-burung lainnya di tahun-tahun sebelumnya, mendapatkan hasil terbaiknya dengan ruru menempati posisi keempat dalam pemilihan tersebut.
"Saya belum pernah terlibat dalam kampanye politik manusia sebelumnya," kata Rawson, yang tertarik pada kompetisi tersebut karena dana dan kesadaran yang dihasilkannya. Kampanye tersebut mengusung pendekatan yang lebih tenang tahun ini, imbuhnya.
"Tidak ada campur tangan internasional, meskipun itu sebenarnya sangat menyenangkan," katanya, mengacu pada kampanye Oliver yang mendapat banyak perhatian.
Itu bukan satu-satunya kontroversi dalam pemungutan suara kali ini. Meskipun setiap orang di dunia dapat memberikan suara, Forest & Bird sekarang mengharuskan pemilih untuk memverifikasi surat suara mereka setelah campur tangan asing mengganggu kontes sebelumnya. Pada 2018, orang-orang Australia yang iseng memberikan ratusan suara curang untuk mendukung jenis burung shag.
Tahun berikutnya, Forest & Bird terpaksa mengklarifikasi bahwa sejumlah suara dari Rusia tampaknya berasal dari pecinta burung yang asli.
Sementara kampanye sangat kompetitif, para manajer menggambarkan taktik lebih mirip dengan gulat profesional — di mana pertarungan ditulis skenarionya — daripada kontes politik yang memecah belah. [rz/ah]
Forum