Koordinator Program Organisasi Internasional untuk Migrasi (International Organization for Migration/IOM) Indonesia, Sonya S Wallenta, mengatakan pemindahan 81 pengungsi etnis Muslim-Rohingya ke Medan dilakukan usai hasil rekomendasi rapat antara Satgas Penanganan Pengungsi Luar Negeri (PPLN) Kementerian Polhukam RI, dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Medan, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Timur.
"Jadi di dalam rapat itu direkomendasikan bahwa pengungsi itu agar segera dipindahkan ke Medan di bawah akomodasi yang dikelola oleh IOM," kata Sonya di Medan, Kamis (10/6).
Sonya menjelaskan, sebelum diberangkatkan ke Medan puluhan pengungsi etnis Muslim-Rohingya itu telah menjalani tes kesehatan, termasuk tes usap COVID-19. Kemudian, 81 pengungsi etnis Muslim-Rohingya ini akan menjalani isolasi di Hotel Bukit Panembahen, Kota Medan, selama dua minggu. Para pengungsi etnis Muslim-Rohingya itu sementara akan menetap di Medan.
"Setelah mereka sampai di sini nanti. Mereka akan diregistrasi oleh UNHCR (Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi). Dimasukkan ke dalam daftar pengungsi yang diidentifikasi oleh UNHCR sebagai pengungsi luar negeri berbangsa Myanmar dan etnis Rohingya," jelasnya.
"Setelah itu IOM akan memindahkan mereka ke akomodasi yang kami kelola. Di situ mereka akan menerima berbagai fasilitas seperti pengungsi Rohingya lainnya yang selama ini kami tampung," Sonya menambahkan.
Berdasarkan informasi yang didapatkan Sonya dari para pengungsi etnis Muslim-Rohingya, perjalanan puluhan pengungsi tersebut dimulai dari kamp Cox's Bazar di Bangladesh, pada awal Februari dengan menggunakan sebuah kapal melalui jalur laut. Namun, dalam perjalanan itu puluhan pengungsi tersebut mengalami sejumlah hambatan, yakni mesin kapal yang rusak saat berada di perairan India.
"Beberapa hari di perjalanan itu kapal mengalami kerusakan dan mereka diselamatkan oleh militer laut India. Sekitar kurang lebih dua bulan setengah mereka di situ cuma dengan alasan pemerintah India mengatakan angka COVID-19 sangat tinggi jadi tidak bagus untuk pengungsi. Jadi, mereka disuruh untuk berlayar lagi," ujar Sonya.
Kemudian, rombongan pengungsi etnis Muslim-Rohingya itu melanjutkan perjalanannya. Namun, setelah kembali melakukan perjalanan selama dua minggu, kapal yang mereka tumpangi mengalami kerusakan mesin. Saat itu mereka telah berada di perairan Aceh.
"Dari situ mereka akhirnya berhenti di situ karena tidak bisa memperbaiki kapalnya mereka terdampar di Aceh Timur. Kemudian itu mereka dibawa ke Pulau Idaman (Aceh Timur) itu karena tidak jauh dari pulau itu kapalnya para pengungsi mengalami kerusakan," ucap Sonya.
Sementara, saat disinggung terkait dugaan adanya pihak ketiga atau agen yang memang dengan sengaja membawa puluhan pengungsi etnis Muslim-Rohingya itu ke Aceh, Sonya mengaku belum mendapatkan laporan soal dugaan penyelundupan manusia tersebut.
"Sampai saat ini belum ada komentar dari pemerintah tentang apakah ini termasuk ke dalam penyelundupan manusia atau bagaimana, belum ada. Karena belum ada tindak lanjut pemeriksaannya. Tapi dari wawancara dengan pengungsi, yaitu mereka tujuannya ingin ke Malaysia," pungkasnya.
Sementara, Mohammed Ilyas, salah satu pengungsi etnis Muslim-Rohingya yang baru tiba di Medan usai dipindahkan dari Aceh Timur, mengatakan mereka telah melakukan perjalanan via jalur laut selama empat bulan.
"Kami keluar dari kamp Bangladesh (Cox's Bazar) tapi baru empat hari mesin (kapal) mati dan rusak," ungkapnya.
Pada awal perjalanan saat keluar dari kamp Cox's Bazar, mereka sebenarnya berjumlah 90 orang. Namun, sembilan orang lainnya meninggal dunia dalam pelayaran itu.
"Kami semua awalnya ada 90 orang. Tapi sembilan orang sudah mati. Lalu pemerintah (India) memberikan kami satu kapal. Mereka tanya ke kami dari mana dan mau ke mana? Kami orang Rohingya dari kamp pengungsi Bangladesh mau ke Malaysia. Tapi pemerintah India tidak terima kami karena ada lockdown. Kami akhirnya mau ke Indonesia saja," kata Ilyas.
Dengan kedatangan 81 pengungsi etnis Muslim-Rohingya di Medan, diperkirakan total pengungsi etnis Muslim-Rohingya yang berada di Medan hingga saat ini mencapai lebih dari 342 orang.
Sebelumnya, 81 pengungsi etnis Muslim-Rohingya terdampar di perairan Kabupaten Aceh Timur, Aceh, pada Jumat (4/5). Wakil Sekretaris Jenderal Panglima Laot, Miftach Cut Adek, mengatakan mereka tiba di Pantai Kuala Simpang Ulim, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, sekitar pukul 07.00 WIB, Jumat (4/6). [aa/ft]