Imam dan khatib shalat Idul Adha di stadion Maguwoharjo Yogyakarta, Profesor Amin Abdullah, rektor Universitas Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakart,a sebelum menyampaikan khutbahnya mengajak seluruh hadirin mendoakan arwah para korban tewas letusan gunung Merapi. Menurut Amin, para korban tewas yang terdiri para petani dan peternak yang tinggal di lereng Merapi adalah para pahlawan yang ikhlas mempersembahkan pengorbanan bagi sesama.
"Mereka yakin bahwa apa yang mereka lakukan sehari-hari merupakan pengorbanan sosial dan ekonomi bagi sesama yang sangat besar tak ternilai harganya," ujar Prof. Amin Abdullah. "Mereka memiliki dan menyatu dengan tanah subur yang harus dibudi-dayakan untuk kepentingan bersama. Apapun dan bagaimanapun perilaku Merapi penduduk di lereng gunung akan selalu setia mengikuti ritmenya dengan penuh kepasrahan dengan berbagai resiko besar yang akan selalu menghadang di depannya," tambah sang Khatib.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X berharap peringatan hari raya Idul Adha menjadi momentum kebangkitan para korban letusan Merapi.
"(Kita harus) menerima cobaan ini dengan ketulusan, keikhlasan dan bersemangat untuk bangkit kembali," imbau Sri Sultan.
Surtiningsih, 47 tahun, warga Wukirsari Sleman, bersyukur dirinya selamat dari letusan Merapi sehingga masih bisa menunaikan sholat bersama meskipun di pengungsian. "Kalau sedih sih, tidak. Sholat itu bisa di mana-mana. Sedih, iya, tapi kita harus ikhlas, bersyukur walaupun belakangnya itu sedih, tidak usah dihiraukan. Yang penting kita selamat. Jalan masih panjang," ujar Surtiningsih.
Gunung Merapi yang terlihat dari tempat para pengungsi menjalankan sholat Idul Adha di Maguwoharjo, selama tiga hari terakhir intensitas letusannya menurun dan tidak mengeluarkan awan panas. Namun, Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, mengingatkan, status Merapi masih tetap “awas”.
"Sekarang itu masih 'awas.' Dengan kondisi seperti itu tremornya masih (berlangsung) terus," jelas Surono. Tremor adalah getaran dari aktivitas gunung api, dengan gempa yang meningkat. "Walaupun kembang-kempisnya Gunung Merapi ini terbuka, tidak seperti waktu menjelang letusan awal," tambah Surono.
Letusan Gunung Merapi pada pekan terakhir Oktober merupakan yang terparah dalam beberapa dekade terakhir. Lebih dari 300.000 warga yang tinggal dekat Merapi telah mengungsi sejak terjadi erupsi, walaupun sebagian telah mulai kembali ke rumah masing-masing.