Presiden Brazil mengunjungi gedung-gedung federal di ibu kota, Brasilia, yang diserang hari Minggu lalu oleh para pendukung lawannya dalam pemilihan presiden baru-baru ini.
Luiz Inacio Lula da Silva mengunjungi bangunan-bangunan yang rusak berat itu Minggu malam, dan memerintahkan intervensi keamanan federal di distrik federal kota itu. Ia bertekad akan membawa para perusuh ke muka hukum dan menjanjikan hukuman bagi polisi yang gagal menghentikan para pengunjuk rasa.
Dekrit itu memberi pemerintah kewenangan khusus untuk memulihkan hukum dan ketertiban di ibu kota dan berlaku hingga 31 Januari.
Para pejabat Brazil mengatakan mereka telah menangkap sedikitnya 200 pendukung mantan presiden Jair Bolsonaro yang menyerbu gedung Mahkamah Agung, Kongres dan istana kepresidenan di Brazilia hari Minggu (8/1).
Ribuan demonstran menyerbu bangunan-bangunan tersebut. Video serangan terhadap properti pemerintah itu memperlihatkan para pengunjuk rasa memecahkan kaca-kaca jendela, memanjat atap dan berbagai aktivitas merusak lainnya. Associated Press melaporkan bahwa interior bangunan tersebut ditinggalkan dalam keadaan hancur.
Pihak berwenang Brazil mengatakan mereka berniat menuntut pertanggungjawaban demonstran dan akan memeriksa sidik jari di bangunan-bangunan tersebut serta melihat gambar-gambar yang diambil selama penghancuran.
Menteri Kehakiman Flavio Dino mengatakan pemerintah juga akan berusaha mengetahui siapa yang membayar ratusan bus yang membawa para pelaku kekacauan itu ke Brazilia.
Para pendukung Bolsonaro menginginkan jabatannya dipulihkan dan telah meminta militer untuk melancarkan kudeta. Ia kalah dalam pemilihan presiden baru-baru ini dari mantan presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang dilantik sepekan silam.
Bolsonaro meninggalkan Brazil sebelum pelantikan Lula dan telah tinggal di Orlando, Florida.
Serangan demonstran ke gedung-gedung pemerintahan Brazil mengingatkan pada pemberontakan 6 Januari 2021 di gedung Kongres AS, Capitol, di Washington. Namun, tidak seperti di Washington, di mana para legislator sedang bersidang pada 6 Januari, gedung-gedung di Brazilia sebagian besar kosong.
Kehadiran polisi dan militer secara besar-besaran juga tidak terlihat meskipun ada peringatan sebelumnya bahwa para pendukung Bolsonaro berencana memasuki gedung-gedung itu.
“Tidak ada preseden bagi apa yang mereka lakukan, dan orang-orang itu perlu dihukum,” kata Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva pada Minggu.
Presiden AS Joe Biden mengatakan kerusuhan di Brazil itu “keterlaluan.”
Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Biden, mencuit di Twitter bahwa AS “mengecam setiap upaya untuk melemahkan demokrasi di Brazil.”
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan, “Upaya kudeta yang dilakukan oleh kalangan konservatif Brazil didorong oleh pemimpin kekuatan oligarki, para juru bicara dan pendukung fanatik mereka, tercela dan tidak demokratis. Lula tidak sendirian. Ia mendapat dukungan kekuatan progresif di negaranya, Meksiko, benua Amerika dan dunia.”
“Serangan kekerasan terhadap berbagai institusi demokrasi merupakan serangan terhadap demokrasi yang tidak dapat ditoleransi,” cuit Kanselir Jerman Olaf Scholz di Twitter. Ia mengatakan Jerman mendukung presiden Brazil yang sekarang menjabat. [uh/ab]
Forum