Sekitar 2.000 orang berkumpul pada Rabu (1/12) di ibukota Ukraina, Kiev, untuk menuntut pengunduran diri Presiden Volodymyr Zelenskyy, atas komentar yang dibuatnya dalam rangka mengakhiri permusuhan dengan Rusia di bagian timur Ukraina.
Rusia mencaplok Semenanjung Krimea yang sebelumnya menjadi wilayah Ukraina pada 2014 setelah presiden negara itu yang bersahabat dengan Kremlin digulingkan dari kekuasaan oleh protes massa.
Moskow juga mendukung pemberontakan separatis di jantung industri di Ukraina timur, yang dikenal sebagai Donbas. Lebih dari 14.000 orang tewas dalam pertempuran itu.
Ukraina dan pihak Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjatanya untuk mendukung pemberontak di Donbas.
Moskow telah membantah tuduhan tersebut dan mengatakan warga Rusia yang bergabung dengan separatis adalah sukarelawan.
Dalam pidato pada Rabu (1/12) di parlemen Ukraina, Presiden Volodymyr Zelenskyy menyerukan negosiasi dengan Rusia untuk mengakhiri konflik yang terjadi di wilayah timur tersebut.
Para pengunjuk rasa menggambarkan kata-kata Zelenskyy itu sebagai “pengkhianatan terhadap kepentingan nasional.”
Kremlin menanggapi pernyataan Zelenskyy itu dengan menegaskan kembali pendirian lama bahwa Rusia bukan pihak yang ikut dalam konflik, dan menggambarkan pertempuran di Ukraina timur sebagai perang saudara.
Empat ribu lima ratus pasukan keamanan berjaga-jaga di pusat kota Kiev, kata pihak berwenang. [lt/jm]