Penjualan alat penyejuk udara (AC) telah meroket di Bangladesh. Para pemilik toko maupun konsumen mengatakan itu pada Rabu (1/5), ketika negara di Asia Selatan itu mengalami gelombang panas terpanjang yang pernah tercatat.
Nazrul Islam, pemilik toko di kawasan Stadium Market yang ramai di Dhaka, mengatakan bahwa permintaan AC telah meningkat drastis sejak gelombang panas. Namun pasokan dari pabrik tidak bertambah, yang menyebabkan naiknya harga-harga.
“Ada permintaan yang besar bagi AC di pasar saat ini. Tetapi pabrik tidak mengirimkan jumlah unit yang cukup untuk kami. Mereka dengan sengaja menaikkan harga. Satu unit yang dulu dijual $570 pekan lalu, pabrik sekarang menetapkan harga ritel di pasaran produk itu setidaknya $652. Kami, sebagai diler, panik dan mencoba untuk menyetok sendiri. Tetapi kondisi saat ini, tidak ada cukup pasokan untuk permintaan yang naik,” kata Islam.
“Meskipun harganya naik, saya tetap akan membelinya,” kata salah satu konsumen, Mozammel Haq.
Orang-orang bergegas membeli AC meskipun ada kenaikan harga, sementara yang lain terlihat putus asa melakukan tawar menawar dengan penjual.
AC, dulunya merupakan barang yang mewah di negara Asia selatan ini. Tetapi kini telah menjadi peralatan elektronik yang umum digunakan dalam beberapa tahun terakhir, ketika pemanasan global menaikkan suhu dan jaringan listrik telah menjangkau pelosok negara ini.
Suhu telah mencapai 43 Celsius pada Senin (29/4), seiring gelombang panas yang berlanjut dan memaksa pemerintah setempat untuk bergantian antara membuka dan menutup sekolah bagi sekitar 33 juta siswa di Bangladesh. [ns/uh]
Forum