Para peneliti yang melakukan riset terbaru mengenai kaitan antara penyakit jantung dan diabetes menyatakan keterkaitan kedua penyakit itu tidak mengejutkan. Tetapi mereka tidak mengira begitu banyak orang yang kadar gula darahnya agak sedikit tinggi juga memiliki risiko sakit jantung yang lebih besar.
Para peneliti kesehatan masyarakat dari London School of Hygiene and Tropical Medicine mempelajari catatan 420 ribu orang yang terdaftar di Biobank Inggris, yang menyimpan data biomedis seperti hasil pemindaian dan tes darah.
Para peneliti memilih orang-orang yang terdaftar antara tahun 2006 dan 2010, dan yang terpenting, mencakup mereka yang tidak punya riwayat sakit jantung. Mereka kemudian melacak hasil pemeriksaan medis pada kelompok itu selama 15 tahun.
Penulis senior penelitian itu, Dr. Christopher Rentsch mengatakan informasi Biobank penting karena kadar gula darah partisipan diukur sewaktu data kesehatan orang tersebut diperbarui.
Rentsch mengatakan kadar gula darah berbeda-beda, berdasarkan apa yang dimakan dalam sehari.
Tetapi dalam kajian ini para peneliti meninjau glycated haemoglobin, hBA1c, jumlah gula yang menempel pada hemoglobin atau sel darah merah. Kalau tubuh tidak dapat menggunakan gula secara tepat, gula akan terakumulasi di sel-sel tersebut.
Rentsch mengatakan, “Apa yang kami dapati adalah risiko sakit jantung ada pada mereka yang memiliki kadar gula darah sangat tinggi, jumlah tipikal yang digunakan untuk mendefinisikan diabetes, juga ada pada lelaki dan perempuan dengan kadar gula darah di bawah ambang tipikal diabetes.”
Menurut penelitian itu, lelaki yang pradiabetes (kadar gula darahnya di bawah ambang diabetes) 30% lebih berisiko sakit jantung. Untuk yang mengidap diabetes, risikonya naik menjadi 50%.
Bagi perempuan, hasilnya jauh lebih buruk. Mereka yang tidak menderita diabetes tetapi kadar gula darahnya tinggi, 50% lebih berisiko sakit jantung. Pada mereka yang telah mengidap diabetes, risikonya naik hingga 100%.
Menurut Rentsch, para peneliti juga mendapati bahwa perempuan lebih sedikit kemungkinannya mendapatkan obat resep, seperti statin, sebagai tindakan pencegahan.
Menurut Rentsch, penelitian itu juga menunjukkan perempuan di Inggris perlu lebih waspada mengenai bahaya obesitas terhadap penyakit selain diabetes dan para dokter perlu bersikap lebih proaktif dalam meresepkan obat.
Ia menjelaskan, “Kami mendapati ada empat faktor yang menjelaskan variasi terbesar antara lelaki dan perempuan dalam kaitan antara gula darah dan penyakit jantung.”
Dua yang pertama, kata Rentsch, adalah pengukur obesitas, yakni indeks massa tubah, dan rasio lingkar pinggang-pinggul. Dua lainnya adalah penggunaan obat preventif seperti statin dan obat antihipertensi.
Dalam sampel penelitian itu didapati bahwa perempuan dengan berbagai kadar gula darah ternyata lebih obese dan memiliki rasio lingkar pinggang-pinggul yang lebih besar daripada lelaki. Sementara itu, penggunaan obat-obat preventif lebih rendah pada perempuan di semua level gula darah. ar.”
Rentsch mengatakan penelitian menunjukkan bahwa kadar gula darah yang sekarang ini dianggap rendah belum tentu melindungi diri dari penyakit jantung. Karena itu, jelas Rentsch, tahap penelitian berikutnya adalah mempelajari bagaimana kadar gula darah dapat mempengaruhi risiko sakit jantung. [uh/ab]
Forum