Pihak militer Myanmar mengeluarkan sebuah laporan sebagai antisipasi atas kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson yang mengatakan suatu penyelidikan internal tidak menemukan bukti pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan tentaranya terhadap Muslim Rohingya.
Organisasi-organisasi hak asasi manusia (HAM) internasional segera mengecam laporan tersebut, di mana kelompok HAM asal New York Human Rights Watch mengecam sebuah upaya militer Burma "menutupi" apa yang menurut kelompok HAM sebagai pembantaian, kekerasan seksual, penjarahan dan penghancuran.
Kalangan Militer dituduh melancarkan kampanye untuk membumi-hanguskan sejumlah desa Rohingya akibat sejumlah serangan terhadap pos-pos terdepan polisi di Rakhine, Myanmar Barat Laut oleh militan Rohingya bulan Agustus. Kampanye itu mengakibatkan eksodus besar-besaran sekitar 600.000 warga Rohingya ke negara tetangga Bangladesh, yang mengatakan kepada kelompok-kelompok HAM tentang kekejaman berat yang dilakukan oleh pasukan keamanan pemerintah, termasuk penembakan, pemerkosaan dan pembakaran desa-desa secara serampangan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan tindakan yang dilaporkan telah dilakukan oleh pasukan Myanmar sebagai "sebuah buku panduan pembersihan etnis.”
Namun dalam laporannya yang dikeluarkan Senin malam, pihak militer mengklaim pasukannya hanya membunuh 376 "teroris" Rohingya dalam pertempuran dengan militan, dan membantah tuduhan-tuduhan yang dinyatakan oleh para pengungsi Rohingya di Bangladesh. [mg/lt]