Sebulan telah berlalu setelah serangan teroris pada 7 dan 9 Januari di Paris. Ibukota Perancis itu tampaknya telah normal kembali, serta banyak warga Paris dan turis mengatakan mereka tidak merasa takut. Tetapi itu tidak berlaku secara menyeluruh, dan Perancis masih berada dalam keadaan siaga tinggi. Ribuan tentara dikerahkan di seluruh negara dan menjaga tempat-tempat yang peka, serta setiap laporan penangkapan baru menggaris bawahi situasi tegang di dalam negara itu.
Karangan bunga dan grafiti sudah mulai berkurang dari Place de la Republique. Sebulan yang lalu, ribuan warga Perancis menyelenggarakan reli yang membela kebebasan mengungkapkan pendapat dan penentangan terhadap ekstremisme. Ketika itu barus saja terjadi rangkaian serangan teroris terhada majalah Charlie Hebdo dan supermarket kosher yang menewaskan 17 orang di ibukota.
Madeleine Favre bergabung dengan sekelompok pejalan kaki lain melihat bunga yang diperuntukkan korban di kaki patung Marianne, lambang Perancis. Favre berkunjung ke tempat asalnya Paris dari Kanada. Ia mengatakan, “Jelas, ini bisa terjadi dimana saja. Tak ada yang aman menurut saya pada jaman sekarang. Ini terorisme dan tidak ada hubungannya dengan Islam. Beginilah kita harus menjalani kehidupan sekarang."
Sedikit demi sedikit Paris normal kembali. Tempat bermain sekat es di depan Balai Kota dipenuhi anak-anak dan orang dewasa. Di Menara Eiffel, turis seperti Jalel Azzawe, dari Irak tampaknya tidak terpengaruh.
“Kami lihat semuanya baik-baik saja. Semuanya aman dan normal, dan tidak ada bahaya. Siapa saja bisa datang dan menikmati Paris,” kata Azzawe.
Pemerintah Perancis telah mengambil beberapa langkah pengamanan untuk menjaga turis dan Perancis aman. Lebih dari 10 ribu tentara dikerahkan guna menjaga tempat-tempat yang peka. Namun langkah-langkah itu tidak berhasil mencegah sebuah serangan dengan pisau minggu ini terhadap tiga tentara di Nice, Perancis selatan.
Namun demikian, tidak semua orang merasa aman. Alain Soucot yang sedang belanja di perkampungan Yahudi Paris, mempertimbangkan untuk pergi.
Soucot mengatakan, ia sedang mempertimbangkan untuk melakukan Aliyah – istilah Hebrew untuk pindah ke Israel.
Sekitar 7000 warga Perancis keturunan Yahudi telah berimigrasi ke Israel tahun lalu karena berbagai alasan, termasuk sikap anti Semit. Soucot mengatakan putranya sudah tinggal disana, alasan lain bagi dirinya pergi. Serangan yang terjadi merupakan peringatakan lain, katanya, bahwa orang Yahudi seperti dirinya perlu pergi dari Perancis.